SLAWI – Program Kemitraan Indonesia dan Australia dalam Infrastruktur (KIAT) melalui Program Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial dalam Infrastruktur (GESIT) memberikan hibah kepada Organisasi Muslimat NU dan Organisasi Difabel Slawi Mandiri (DSM) Kabupaten Tegal.
Pemberian hibah ditandai dengan penyerahan sertifikat antara Muslimat NU dan Difabel Slawi Mandiri dengan Team Leader GESIT untuk sektor air bersih dan sanitasi di Pendopo Bupati Amangkurat Kabupaten Tegal, Jumat (15/09/2023).
Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Tegal Umi Azizah, Deputy Director KIAT Colleen McGinn, dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Tegal.
Pemberian hibah ini dialokasikan untuk sektor air bersih dan sanitasi.
Deputy Director KIAT Colleen McGinn menjelaskan, Kabupaten Tegal sebagai peraih penghargaan Anugerah Prahita Ekapraya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kategori madya, dianggap telah melaksanakan strategi pembangunan berkeadilan gender.
“Selain itu, Kabupaten Tegal juga berprestasi dalam mengelola program KIAT dalam sektor air bersih yaitu Hibah Air Minum Berbasis Kinerja (HAMBK) dan memiliki forum pelanggan yang aktif,” katanya.
Di tempat yang sama, Bupati Tegal Umi Azizah memberikan selamat kepada organisasi Muslimat NU dan DSM, dan berpesan agar kedua organisasi tersebut, dibantu organisasi lainnya beserta dinas terkait juga Perumda Tirta Ayu, bagaimana menciptakan infrastruktur yang inklusif melalui partisipasi perempuan dan penyandang disabilitas. Dari mulai perencanaan, perancangan, implementasi dan monitoring pembangunan infastruktur.
Umi juga mengucapkan selamat datang kepada Colleen McGinn beserta jajarannya dan menyampaikan apresiasi serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada KIAT yang telah menunjuk Kabupaten Tegal sebagai lokus implementasi pembangunan kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial melalui program GESIT. Tentunya ini akan mendukung pembangunan pemerintah daerah dari perspektif gender dan inklusi sosial.
“Sebuah kebanggan tersendiri tentunya bagi kami, jajaran Pemerintah Kabupaten Tegal bisa menerima kehadiran bapak, ibu dari KIAT, dari Pemerintah Australia yang telah menyalurkan dana hibah GESIT di sektor air bersih dan sanitasi kepada masyarakat Kabupaten Tegal, khususnya perempuan dan kawan-kawan penyandang disabilitas,” katanya.
Umi berharap, melalui jalinan kemitraan GESIT yang akan berjalan selama dua tahun ke depan dapat mendorong partisipasi dan advokasi perempuan dan penyandang disabilitas dalam pembangunan Kabupaten Tegal ke depan, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih.
Menurut Umi, selama musim kemarau ini, pihaknya mendapati sedikitnya sembilan desa di empat kecamatan di Kabupaten Tegal mengalami krisis air bersih, dan kiranya sudah lebih dari 600 ribu liter bantuan air bersih disalurkan ke wilayah yang mengalami kekeringan, ke masyarakat yang membutuhkan. Dan, ini masih terus berlanjut sampai nanti musim penghujan tiba.
“Di sisi lain, keterbatasan air bersih di masyarakat juga menjadi persoalan sosial budaya yang memberi beban tersendiri, terutama bagi peran perempuan dalam keluarga. Sebab saya melihat, penyediaan air bersih di masyarakat kita masih dianggap sebagai urusan domestik rumah tangga yang dalam pemenuhannya menjadi ranah perempuan,” ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya menyambut baik adanya program GESIT ini yang membuka ruang bagi perempuan sebagai pejuang bagi keluarganya dalam pemenuhan kebutuhan domestik, termasuk air bersih. Memastikan air bersih ini selalu tersedia, sebab mereka sadar dampak kekurangan air akan mempengaruhi kelangsungan hidup keluarganya. Mulai dari sisi kesehatan, sisi ekonomi, lingkungan hingga kualitas hidup anggota keluarganya.
“Disadari atau tidak, hal menyisakan beban tersendiri bagi para perempuan, terutama di lingkungan yang langganan kekeringan seperti di Jatinegara, Suradadi, Warureja dan Kedungbanteng yang mana peran ini seringkali tidak diketahui oleh masyarakat,” ujar Umi.
Umi juga menambahkan, di beberapa titik kritis kondisi hidrologinya mengalami kerusakan akibat pencemaran limbah B3 seperti di Desa Pesarean dan Desa Kebasen di Kecamatan Adiwerna, di mana sejak tahun 2005-2006 mereka sudah tidak bisa lagi mengonsumsi air sumur untuk keperluan memasak dan minum, bahkan mencuci. Karena, airnya sudah tercemar logam berat seperti timbal, termasuk di Desa Karangdawa, Kecamatan Margasari di mana ribuan ton limbah B3 dari luar daerah menumpuk setiap tahunnya di sana, di perusahaan-perusahaan pengolah limbah B3 yang sebagian masih digunakan warga untuk membakar batu kapur.
“Kepada rekan-rekan Muslimat NU supaya melibatkan peran organisasi perempuan lainnya dalam implementasi hibah ini seperti Fatayat, Aisyiah, Nasyiatul Aisyiyah dan yang lainnya, termasuk di kawan-kawan DSM juga bisa melibatkan komunitas atau organisasi penyandang disabilitas tuna rungu, tuna netra, dan lain sebagainya,” tandasnya.
Umi berharap kerja sama kemitraan ini terus berlanjut dan meningkat. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post