ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
TEGAL – Pop Con Asia merupakan wadah bagi para kreator dan artist untuk mempromosikan seni populernya, baik film, musik, animasi, komik, game, teknologi dll. Selain itu, Popcon Asia juga dapat menjadi ajang berkumpulnya para kreator, artist, fans bahkan investor untuk mengembangkan koneksi, berbagi ide dan saling belajar.
Sabtu (22/9) malam, bertempat di Indonesia Convention Center (ICE) Jakarta, dua aktor asal Tegal pemeran Film Turah Ubaidillah dan Slamet Ambari berhasil meraih penghargaan kategori duet terbaik (best chemistry on screen) Pop Con Asia 2018.
Mengalahkan empat duet artis lainnya, seperti Putri Marino dan Adipati Dolken di film Posesif, Marsya Timoti Dan Dean Panendra film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak, Teunku Rifnu Wikana dan Yayu Unru film Night Bus, serta Fatih Unru dan Bima Asriel dalam film Petualangan Menangkap Petir.
Pemeran Utama Film Turah Ubaidillah mengaku sangat bangga bisa mendapatkan penghargaan, mengalahkan artis papan atas lainnya. “Meskipun ini skala nasional, event ini bergilir di beberapa negara Asia,” ungkapnya.
Ubaidillah menuturkan, keberhasilannya tidak lepas dari peran sang Sutradara yaitu Wicaksono Wisnu Legowo yang begitu hebat mengarahkannya untuk berakting. Serta lawan mainnya juga mendukung untuk berperan maksimal.
“Mungkin karena Turah itu banyak dibicarakan orang, baik lokal maupun Asia. Karena beberapa kali festival dari tingkat lokal nasional maupun Asia, itu yg membuat Turah punya nilai lebih,” tuturnya.
“Nanti sore masih ada pemutaran film Turah di IFI Jakarta,” imbuhnya.
Pria yang sudah memulai debut aktingnya melalui seni Teater sejak masa Sekolah Menengah Atas (SMA) ini menuturkan bahwa kualitas individu itu memang sangat menentukan kualitas film juga. Kalo perindividu kuat aktingnya maka filmnya akan kuat juga.
Pihaknya berharap seniman Tegal jangan terlalu lama tertidur. Harus melakukan segala sesuatu dan sungguh-sungguh sehingga hasil gemilang akan dicapai. Untuk film Turah sendiri, Ubaidillah melakukan reading dan riset kurang lebih selama satu bulan atau delapan kali reading.
“Kalau untuk perfilman Tegal, saya harap bisa melakukan sesuatu biar bisa menjamur kegiatan film Di Tegal banyakin film maker. Jadi seperti di purbalingga, bicara Purbalingga akan bicara tentang film,” ungkapnya.
Terakhir Ubaidillah menambahkan, sebenarnya Tegal lebih berpotensi karena dari dulu Tegal sudah terkenal dengan senimannya, sastranya, bahkan filmnya. Sehingga ini menjadi sebuah potensi untuk mengangkat seniman Tegal lebih hebat lagi. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post