BREBES – Masyarakat Wilayah Pantura di Brebes dan sekitarnya tentu hafal dengan istilah angin kumbang. Angin ini bersifat panas dan kering pada siang hari dan dingin di malam hari. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kelembaban udara. Angin ini biasanya berembus pada bulan-bulan pertengahan tahun seperti Juni, Juli, dan Agustus.
Angin Kumbang merupakan siklus pergerakan angin yang berasal dari Gunung Slamet bagian utara turun melintas wilayah Pegunungan Kumbang di Kabupaten Brebes. Angin ini bergerak dinamis ke utara karena adanya proses pemanasan ke arah lembah. Disebabkan kelembaban nisbi turun cepat sehingga udara yang tiba di wilayah Brebes, Cirebon dan Tegal menjadi panas dan kering pada siang.
Kendati hari ini sudah masuk pada bulan ke-7, menurut Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tegal, Hendy Andriyant, angin kumbang belum sepenuhnya terjadi di wilayah Pantura. “Analisa saya, fase angin kumbang belum terjadi sempurna,” jelasnya kepada Panturapost.id, Minggu, 1 Juli 2018.
Kondisi tersebut menurut Hendy disebabkan adanya dinamika atmosfer yang membuat intensitas hujan masih sering terjadi. “Khususnya di wilayah pantura, masih terjadi hujan, sehingga angin kumbang tidak sempurna,” tuturnya.
Sementara itu, Sejarawan Brebes Wijanarto menerangkan, angin kumbang bagi masyarakat Brebes mempunyai peranan penting dalam membentuk suatu tradisi bercocok tanam khususnya bawang merah.
“Pada munculnya angin inilah petani Bawang Merah memulai aktivitas. Karena angin kumbang memiliki peranan penyerbukan bawang merah. Karena karekteristik bawang merah tidak memerlukan kelembaban udara tinggi dan volume air banyak,” paparnya.
Sedangkan bagi nelayan pesisir pantura, fenomena hadirnya angin kumbang juga merupakan pertanda bahwa gelombang laut tinggi pada malam hari.
Siklus angin ini berkisar antara bulan Mei hingga Oktober. Menurut Wijan, rentang waktu inilah yang menjadi pertanda transisi dari musim hujan menuju musim kemarau. “Orang Brebes biasa sebut mangsa ketiga sudah hadir, artinya musim kemarau sudah datang menggantikan mangsa rendeng atau musim hujan,” jelasnya.
Hadirnya angin kumbang juga menjadi pengingat oleh warga Brebes dan masyarakat pantura pada umumnya. Mengingat saat musim itu akan datang penyakit seperti flu dan batuk. “Masyarakat pantura mengkhawatirkan datangnya pagebluk atau musim banyak orang sakit yang ditandai lamanya hujan dan datangnya penyakit pada kemarau datang,” papar Wijan.
Di kampung adat Jalawastu yang berada di Kecamatan Ketanggungan, Brebes, datangnya musim kemarau berarti persiapan penyimpanan panen musim sebelumnya dan persiapan musim tanam palawija. “Saat kemarau memuncak mereka akan menggelar upacara Ngaguyang Kuwu di Curug Rambukasang, agar Sang Pencipta menurunkan hujan,” pungkas Wijan. (Sumber: Panturapost.id)
Editor: Muhammad Irsyam Faiz
Discussion about this post