TEGAL, Panturapost.com – Perbaikan jalan di jalur Tegal-Purwokerto membuat lalu lintas tersendat. Kendaraan dari arah selatan maupun utara harus bergantian melewati jalur penghubung Tegal, Brebes, dan Banyumas tersebut. Akibatnya, kemacetan cukup parah terjadi di sejumlah titik, seperti ruas Prupuk, Kutamendala, Tonjong, dan Linggapura. Antrean bisa mencapai ratusan meter.
Pantauan Tempo, Senin, 13 Maret 2017, kendaraan yang menumpuk di empat ruas tersebut didominasi oleh truk-truk besar. Padahal, sejak 7 Maret lalu, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan surat keputusan (SK) tentang pelarangan kendaraan lebih dari 8 ton melintas di jalur tersebut. Surat nomor SK.1049/AJ 401/DRJD/2017 tersebut juga melarang kendaraan dengan dimensi panjang lebih dari 9 meter melintas di jalur tersebut.
Kepala Pejabat Pembuat Komitmen Preservasi Jalan Bina Marga Wiloayah 1 Jawa Tengah, Yanuar, mengatakan Masih melintasnya truk di jalur Tegal-Purwokerto membuat proses pembetonan terhambat. Sebab, pengiriman material bahan baku tersendat. Dia mengaku kewalahan menghadapi truk-truk besar tersebut. “Apalagi ka nada proyek pembangunan Flyover. Jadi kan susah,” kata dia kepada Tempo.
Menurut Yanuar, saat ini pembetonan sedang dilakukan di Ruas Prupuk, Kutamendala, Tonjong, Linggapura, dan Pekuncen. Proyek yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tersebut mencapai Rp 80 miliar. “Total panjangnya ada 8.300 meter,” ujar dia.
Pihaknya menargetkan pembetonan di jalur ini selesai sebelum Ramadan. Karena itu, dia meminta kepada sopir truk dan pengusaha ekspedisi untuk menghindari jalur tersebut hingga pembetonan selesai dikerjakan. “Supaya bisa digunakan untuk mudik lebaran,” kata dia.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Brebes, Ajun Komisaris Zulkan Sipayung, mengancam akan menindak tegas sopir truk yang nekat melintas. Termasuk memberikan surat tilang bagi sopir yang melanggar. “Kan sudah diatur Undang-undang, rambunya sudah ada, tersebar di beberapa titik, kenapa masih melintas, berarti kan melanggar,” ujar dia. Arfan meminta kepada sopir truk untuk melewati jalur alternative seperti jalur selatan dan jalur pantura.
Sementara itu, salah satu sopir truk, Agus, 45 tahun, mengaku terpaksa melewati jalur tersebut karena tidak mau rugi. Jika harus melintas ke jalur alternative seperti jalur pantura dan selatan, maka perjalanan akan berputar lebih jauh. Biaya operasional yang dikeluarkan juga jauh lebih besar. “Kalau lewat sini (Tegal-Purwokerto) kan lebih dekat,” kata dia. (Tempo/Rhn)
Discussion about this post