BREBES – Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) RI mengupayakan Kabupaten Brebes menjadi pilot project di Jawa Tengah dalam pengembangan generator ozon.
Sebagai langkah pertama, Gapoktan di Kabupaten Brebes telah menerima bantuan mesin teknologi untuk mengurangi risiko kerusakan hasil pertanian pascapanen dari Universitas Diponegoro (Undip). Bantuan langsung diserahkan oleh penggagas mesin teknologi tersebut, Dr. Muhammad Nur, DEA.
“Nanti skemanya terpadu antara Kementan, Kemendag, pelaku usaha dan gapoktan,” ucap Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Brebes, Tanti Palupi, Kamis 15 November 2018.
Ia menambahkan, skema penggunaan generator ozon ini nantinya diupayakan dalam bentuk pemberian bantuan kepada gapoktan dengan kordinatornya dari Kemenristek Dikti.
“Dari Undip dan Kemenristek Dikti sudah menyatakan kesiapan dan kesanggupanya. Nanti tinggal koordinasinya seperti apa ke depanya untuk mewujudkan hal itu. Karena teknologi generator ozon ini sangat beanfaat dan bisa mensejahterakan petani,” kata dia.
Tanti menuturkan, satu dari 295 gapoktan di Brebes menerima bantuan mesin teknologi berupa 2 unit generator D’Ozone, 1 bak bak pencucian, 1 set rak penirisan, dan 1 mesin pendingin berukuran 2x2x2,5 meter.
“Pilot project di Jawa Tengah penggunaan generator ozon ada di Kabupaten Brebes. Nanti gapoktan bisa menyimpan di situ. Bantuan ini diserahkan kepada Gapoktan Maju Bareng. Dengan teknologi ini, risiko kerusakan tanaman hortikultura bisa menurun dari 20 hingga 30 persen menjadi 3 sampai 5 persen,” beber dia.
Ia menyebut, petani di Kabupaten Brebes perlu dikenalkan dengan teknologi semacam ini. Alat ini untuk produk hortikultura pasca panen yang menjadi salah satu solusi bagi petani untuk dapat mempertahankan daya simpan produk pertanian hortikultura seperti bawang merah, wortel, cabai, kubis, kentang, dan lainnya saat mengalami produksi yang cukup tinggi.
“Saat panen raya tentu produksi sangat tinggi yang akhirnya membuat harga sangat murah. Dengan menggunakan alat tersebut, produk hortikultura tidak akan busuk. Sehingga, petani tidak akan mengalami kerugian sembari menunggu harga yang stabil,” jelasnya.
Pihaknya akan berkolaborasi dengan pihak lain, Undip sebagai penemu alat ini serta dengan Kementerian Pertanian. Undip sendiri memberikan bantuan ini untuk membantu para petani di Brebes yang selama ini mengalami kesulitan saat menghadapi panen raya, khususnya bawang merah. Undip menyerahkan bantuan ini untuk mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sementara itu, Penemu D’ Ozone Dr. Muhammad Nur, DEA mengatakan, hasil temuan atau produksi inovasi dalam teaching industry tersebut bagi dirinya memiliki dua manfaat. Yaitu untuk pengajaran kepada para mahasiswa terkait teknologi plasma dan dalam aspek industri bisa menjadi income yang digunakan untuk pendanaan tertentu.
Selaku ketua grup periset Center for Plasma Research (CPR), Nur menilai teknologi plasma di Indonesia memang belum banyak dipelajari. Bahkan Undip adalah yang pertama, termasuk dalam hal produksi ozon.
“Teknologi dengan mesin generator ozon menggunakan teknologi plasma penghasil ozon untuk memperpanjang masa simpan,” katanya.
Sedangkan penggunaan mesin dengan teknologi ini cukup mudah. Yakni dengan cara merendam produk pertanian ke dalam cairan yang sudah dicampurkan dengan ozon selama 15 menit kemudian ditiriskan. Setelah itu, produk tersebut baru disimpan di gudang penyimpanan. Ozon yang dilarutkan ke dalam air dengan konsentrasi tertentu akan mampu memperlambat proses pembusukan produk pertanian.
“Mesin ini baru pertama kali dikenalkan di Brebes. Saat ini satu alat untuk uji coba bagi petani di Brebes untuk mengetahui hasilnya. Kalau hasilnya bagus, maka alat ini bisa digunakan oleh petani di sini. Kalau sebaliknya, maka akan dilakukan evaluasi,” pungkasnya. (*)
Editor : Muhamamd Abduh
Discussion about this post