BREBES, Panturapost.com – Kabupaten Brebes selama ini hanya dikenal dengan Telur Asin dan Bawang Merah saja. Ikon lainnya seperti kerajinan batik belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Padahal, tradisi membatik kain sudah berlangsung selama puluhan tahun dan turun temurun di Kecamatan Salem, Brebes.
Itulah alasan kenapa Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) menempatkan tim di Kecamatan yang letaknya sekitar 70 kilometer dari pusat kota Brebes ini. BEKRAF membentuk tim Inovatif dan Kreatif Kolaborasi Nusantara (IKKON) yang terdiri dari desainer, arsitek, dan antropolog untuk melakukan penelitian di kecamatan yang terletak di Brebes bagian selatan tersebut.
“Jadi Brebes ini adalah salah satu dari lima daerah di Indonesia yang akan diangkat potensinya. Di Ngada, Lampung, dan Sawahlunto dengan kain tenunnya. Dan di Lasem Kabupaten Rembang dan Salem di Brebes ini dengan kain batiknya,” jelas Ketua Tim IKKON Brebes, Sylvie Arizkiany Salim, Sabtu, akhir pekan lalu.
Selama 95 hari dari Juli 2016, mereka tinggal di sentra pengrajin batik Salem untuk mempelajari dan mengembangkan potensi batik di sana. Menurut Sylvie, dari hasil penelitian itu, pihaknya memandang batik Salem selama ini belum memiliki karakter yang khas. “Ketika hadir dalam sebuah kerajinan, Batik Salem belum mempunyai kekhasan,” ujar dia.
Karena itu, dalam tiga bulan terakhir, bersama masyarakat setempat, Tim IKKON mencoba merumuskan satu karakter khusus yang mencirikan batik salem. Salah satunya membuat simbol yang berbentuk mirip daun. Di tengahnya terdapat garis seperti dua tangan yang saling berjabat.
“Ini salah satu cirri khas batik brebesan yang memiliki visual yang besar dan kerap mengangkat flora dan fauna. Ini juga mencerminkan masyarakat Brebes yang sangat lekat dengan tuhan, manusia, dan alam.”

Selain mengembangkan batik, Tim IKKON juga mengembangkan kerajinan lain, seperti keramik, anyaman bambu, dan anyaman pandan. Beberapa kerajinan tersebut lalu dikolaborasikan dengan batik, tercipta produk-produk seperti lampu hias, sarung bantal yang menggabungkan kain batik dengan anyaman pandan, serta kursi santai. Beberapa hasil kerajinan tersebut lalu dipamerkan di Pendapa Kabupaten Brebes pada Jumat-Sabtu, 21-22 Oktober 2016.
Salah seorang perajin batik Salem, Tarinah, 47 tahun, mengaku terbantu dengan kehadiran Tim IKKON ini. Dia berharap, setelah ini, masyarakat di Salem bisa mengembangkan usaha batik ke pangsa pasar yang lebih luas lagi.
Selama ini, kata dia, satu lembar kain batik tulis hanya dijual seharga Rp 150-Rp 300 ribu saja. Berbeda dengan batik tulis dari Pekalongan, Solo, maupun Jogja, yang mencapai jutaan rupiah. “Mudah-mudahan batik salem semakin berkembang, tidak hanya di tingkat lokal tapi nasional bahkan internasional,” ujar warga Desa Bentar, Kecamatan Salem ini. (Rhn/Koran Tempo)
Discussion about this post