TEGAL – Bupati Tegal, Umi Azizah menilai barang barang impor asal China yang masuk ke Indonesia bisa menggeser eksistensi UMKM lokal. Hal ini dikarenakan tipikal kunsumen indonesia yang cenderung memili harga murah dan kualitas bagus.
“Dengan tipikal seperti ini, konsumen kita, yakni orang Indonesia, akhirnya mengesampingkan kecintaannya pada produk buatan dalam negeri,” katanya saat mengisi kuliah umum di Politeknik Purbaya Tegal, beberapa waktu lalu.
Saat ini, lanjut Umi, muncul fenomena Mr Hu yang tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Menurutnya, Mr Hu ini adalah salah seorang pedagang pengecer dari Guangdong, China yang banyak sekali menjual produk UMKM. Produk tersebut adalah untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas baik dan harga sangat murah di marketplace Indonesia.
Umi menuturkan menuturkan, jika kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari perjanjian kerjasama perdagangan multilateral seperti China Asean Free Trade Area (CAFTA) sebagai kawasan perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan China. “Namun perlu digarisbawahi, jika ini adalah alarm, lonceng bagi pemerintah dan para pelaku UMKM untuk meningkatkan daya saing produknya,” ujar dia.
Umi menegaskan, upaya proteksi dagang tidak akan selamanya mujarab di tengah era pasar bebas seperti ini. Sehingga upaya paling rasional agar tidak tergerus produk impor adalah meningkatkan daya saing produk, meski itu juga berat karena mencakup sistem produksi dari hulu ke hilir. Untuk itu, dirinya berharap para mahasiswa yang hendak menggeluti dunia teknopreneur harus bisa memetakan lingkungan eksternal, termasuk penguasaannya pada data dan informasi.
“Dunia kini sudah berubah dari segala sisi dan internet of things telah mentransformasi kehidupan ini lebih cepat dari yang kita perkirakan. Indikasinya, banyak sekali jenis pekerjaan baru yang mungkin lima hingga sepuluh tahun lalu belum ada atau belum begitu banyak di Indonesia,” tambahnya.
Umi mencontohkan profesi youtuber seperti Atta Halilintar yang mendulang keuntungan dari iklan pada konten unggahannya dan menempatkan subscriber sebagai aset utamanya, ini termasuk hal yang baru. Termasuk pula buzzer yang sempat ramai akhir-akhir ini karena cara kerjanya yang terorganisir dan berbayar. Profesi lainnya yang juga banyak bermunculan adalah programer aplikasi, animator, game developer, analis keuangan digital, analis big data hingga analis keamanan siber.
Menurutnya, fenomena ini tidak terlepas dari demografi pengguna internet di Indonesia. Dimana dari 272 juta penduduk Indonesia, 64 persennya adalah pengguna internet. Sementara 59 persen penduduk kita bermain media sosial.
“Era digital 3.0 telah merubah segala produk menjadi jasa, yaitu jasa yang serba digital dengan membentuk marketplace baru, platform baru, cara baru hingga peluang kerja baru,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih yang juga memberikan kuliah umum menuturkan jika mahasiswa memiliki peran penting dalam mengembangkan ekonomi kreatif.
“Mahasiswa tentunya bisa memanfaatkan teknologi secara bijak, karena dari teknologi kita dapat belajar dan mendapatkan informasi apa saja, utamanya bagi mereka yang berminat menggeluti usaha di sub sektor ekonomi kreatif,” tuturnya.
Subsektor ekonomi kreatif sendiri, menurut Fikri, meliputi bidang periklanan, arsitektur, penerbitan, desain komunikasi visual, fotografi, desain produk, seni pertunjukan, televisi dan radio, desain interior serta seni rupa. Adapun subsektor unggulannya meliputi kuliner, fashion, kriya dan subsektor prioritas diantaranya aplikasi, permainan, musik dan film, animasi serta video. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post