DI masa pandemi COVID-19, banyak pedagang yang mengadu nasib di kota-kota besar gulung tikar hingga menjual pangkalannya. Kemudian pulang kampung dan melanjutkan usahanya di kampung. Seperti yang dialami Agus (29), warga Banjaranyar, Kecamatan Balapulang Kab. Tegal.
“Baru tiga bulan saya jualan di lingkungan jalan raya Banjaranyar. Awalnya saya jualan pecel lele di Kota Tanggerang. Karena pandemi dan pembatasan waktu jualan, terpaksa pangkalan saya jual,” tutur Agus pada panturapost, Kamis (14/1/2021)
Di Tanggerang, ia sudah dua tahun jualan pecel lele. Saat pandemi, ada peraturan jam malam. “Jualan pecel lele itu kan malam. Jam malamnya dibatasi. Jadi pembelinya berkurang dan terpaksa harus tutup sore. Lama-kelamaan kondisi keuangan tidak stabil. Pemasukan menurun drastis. Sedangkan sewa lapak dan lainnya harus dibayar. Karena itu pangkalan saya jual. Akhirnya pulang dan jualan di kampung,” bebernya.
Hal yang sama diungkapkan Iwan (36) warga Balapulang Kecamatan Balapulang. Ia mengaku terpaksa pangkalan dagangnya yang ada di Karawang dijual. Karena, penghasilan semakin menurun.
“Pangkalan nasi goreng di daerah Karawang udah 8 tahun. Tapi kini sudah saya jual karena penghasilannya semakin berkurang. Sebenarnya berat menjual pangkalan yang sudah jadi. Tapi karena kebutuhan ekonomi, terpaksa saya jual,” ungkap Iwan.
Setelah pangkan dijual, lanjut Iwan, kini dia berjualan bubur ayam keliling ke desa-desa. Jualan bubur keliling di pagi hari dan waktu sore jualan serabutan.
“Jualan bubur di desa-desa itu belum pasti akan panjang, lihat situasi dulu. Kalau meyakinkan dilanjutkan. Kalau tidak, yah coba jualan lainnya lagi. Kalau pandemi sudah mereda kemungkinan jualan lagi di kota,” kata dia.
Hasan (38) warga Balapulang yang memiliki pangkalan nasih goreng di Karawang juga melakukan hal sama. Menjual pangkalan dan kembali ke kampung. “Penghasilan di Karawang semakin menurun. Apalagi pandemi ini berbulan-bulan. Udah gitu banyak karyawan yang pulang kampung dan kos-kosan di sana sudah mulai sepi. Waktu sebelum pandemi, para karyawan itu suka beli nasi goreng, tapi setelah pandemi menurun karena banyak yang pulang,” tutur Hasan.
Dia mengaku pangkalan di Karawang terpaksa dijual untuk menutup pinjaman. Dan kini jualan nasi goreng di kampung. Ia pun menyatakan akan kembali jualan di kota besar lagi kalau pandemi sudah berakhir dan perekonomian sudah stabil. Pangkalan di kampung akan dikasihkan ke saudaranya. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post