TEGAL – Acara debat publik lima pasangan calon (paslon) Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Tegal digelar, Selasa, 17 April 2018 malam. Dalam debat itu, topik yang banyak dibahas adalah tentang persoalan penanganan banjir dan pengadaan air bersih. Mereka bahkan memberikan janji-janji manis apabila menjabat.
“Saat banjir Februari lalu, banyak daerah di kota yang dulunya bukan langganan banjir malah kena banjir,” kata Paslon nomor urut 5 Herujito-Sugono.
Ia mengungkapkan, daerah yang dimaksud yakni di Kaligangsa. Dia berpandangan, hal itu disebabkan karena tidak ada desain yang jelas terkait penanganan tentang banjir.
“Kalau saya melihat Pemkot itu tidak memiliki blue print, tentang menangani persoalan banjir,” tuturnya.
Senada dengan itu, Paslon nomor urut 2, Ghautsun-Muslih. Menurutnya, kejadian banjir lalu tidak akan terjadi apabila dapat cepat ditangani. Seperti dengan membuat kanal-kanal di sekitar lokasi banjir.
“Penanganan banjir itu kewajiban Pemkot, tetapi hal itu tidak dilakukan. Perlu adanya pembuatan Detail Engineering Desain (DED) untuk pembuatan kanal di daerah Kaligangsa,” terang calon Independen itu.
Dalam debat itu, selain persoalan banjir, ketersediaan air bersih juga ikut dibahas. Sebab, akhir-akhir tahun ini krisis air bersih kerap sering terjadi.
“Jatah air bersih tiap hari untuk Kota Tegal sebenarnya melimpah, yakni 150 milimeter kubik per harinya,” ujar Paslon nomor 1 Nursholeh-Wartono.
Paslon yang didukung oleh Golkar dan Hanura melihat, krisis air bersih masalahnya ada pada anggaran yang semakin berkurang. Yakni saat pembahasan di legislatif.
“Anggarannya semakin berkurang di dewan (DPRD). Jadi semakin ke sini anggaran semakin tirus (berkurang),” beber Nursholeh.
“Banjir itu karena persoalan tentang pengelolaan sampah. Kedepan apabila kami menjabat pengelolaan sampah akan bekerjasama dengan luar negeri. Kita sudah ada perjanjian kerjasama dengan Negara Hungary,” terang Wartono.
Kendati demikian, Paslon nomor 3 Dedy Yon Supriyono-Jumadi lebih mencari solusi memaksimalkan Sumber Daya Alam (SDM) yang ada. Misalkan penggunaan air laut yang telah disuling.
“Kita bisa gunakan air laut untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan teknologi drinking water,” kata Jumadi. (Reza)
Berita ini sudah tayang di Panturapost.id
Discussion about this post