BREBES – Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes sepertinya akan menjadi Desa Pelajar Indonesia. Sebab, desa yang terkenal dengan Waduk Penjalinnya itu, sebentar lagi akan melengkapi jenjang pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.
Pejabat Kepala Desa Winduaji, Seger SE mengungkapkan, selangkah lagi Desa Winduaji menjadi Desa Pelajar Indonesia dengan dibangunnya Kampus II Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto.
“Bulan ini sudah ada kegiatan penerimaan mahasiswa UNU Purwokerto di Kampus II Winduaji,” tuturnya.
Dia menjelaskan, Desa Winduaji pantas mendapatkan julukan Desa Pelajar Indonesia karena semua jenjang pendidikan ada di satu desa. Bahkan, tiap jenjang pendidikan itu berhasil dirintis atas inisiatif dan kerjasama semua elemen masyarakat bekerjasama dengan semua pihak termasuk pemerintah.
“Tentunya kami selaku pemerintahan desa memberikan pendampingan,” kata dia.
Seger menyebutkan, jenjang pendidikan sudah lama berdiri dan berjalan yaitu Pondok Pesantren AL Ikhlas Karang Sempu, puluhan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran, Madrasah Diniyah, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bustanul Ulum Nahdlatul Ulama (BU NU), SMP Muhammadiyah dan SMK Ma’arif.
Kualitas Pendidikan
Seger berharap dengan hadirnya perguruan tinggi tersebut dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang sudah ada maupun yang sedang dirintis.
“Kuncinya adalah kerukunan,” ujarnya.
Sementara itu, Bendahara Panitia Persiapan Pendirian dan Pembangunan Universitas Nahdlatul Ulama (P4UNU) Winduaji, Siti Mubaedah mengungkapkan, tahun ini UNU Purwokerto akan menyelenggarakan perkuliahan di Desa Winduaji seiring dengan dibangunnya Kampus II UNU Purwokerto di Desa Winduaji.
“Harapannya makin banyak anak bangsa yang mengenyam pendidikan tinggi dengan biaya terjangkau dan berkulaitas.”
Dia berharap, dengan hadirnya Kampus II tersebut dapat mencetak generasi muda yang cerdas dan berahlak mulia
Terpisah, Ketua Tim Pendiri UNU Purwokerto, Prof Dr Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.agr mengatakan, UNU telah mendapat ijin operasional berdasar Surat Keputusan Kemenristekdikti No.494/KPT/I/2016, tanggal 30 Nopember 2016.
Adapun, tenaga pengajar merupakan akademisi lulusan luar dan dalam negeri yang telah memiliki pengalaman di sejumlah universitas, termasuk Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Mereka merupakan 40 tenaga pengajar berkualitas, 16 diantaranya bergelar profesor, dan sisanya sebagian besar lulusan S-3.
Akhmad Sodiq mengatakan, program studi yang dibuka untuk eksata yakni agroteknologi, teknologi pangan, teknik pertanian dan biosistem, peternakan, ilmu perikanan, biologi dan matematika. Sedang untuk program studi sosial humaniora terdiri manajemen, akutansi, administrasi publik, hukum, hukum syariah, dan pendidikan bahasa Inggris.
“Kami juga memberikan kemudahan berupa bebas biaya registrasi dan pembangunan, biaya Pendidikan SPP disesuaikan kemampuan, disediakan beasiswa dan pengurangan atau pembebasan SPP. Serta mengupayakan asrama atau pondokan dengan biaya terjangkau,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, bagi yang mengalami kesulitan ekonomi untuk melanjutkan kuliah, akan dibantu dengan SPP yang murah. Untuk biaya hidup makan dan pondokan sekitar 300 ribu per bulan. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post