BREBES – Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) melakukan kegiatan bimbingan teknis dan Mesin/Peralatan Perbengkelan Roda Dua kepada santri Ponpes Al Hikmah 1 Benda di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jateng, Senin (1/4/2019).
“Kita ingin menumbuhkan pionir-pionir wirausaha yang berasal dari santri, alumni santri ataupun masyarakat sekitar pondok pesantren,” kata Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih di sela-sela Bimtek.
Dia mengatakan, program mencetak entrepreneur santri atau santripreneur, sebagai upaya menumbuhkan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di pondok pesantren. Sebab, kata dia ponpes memiliki peran sebagai agen pembangunan yang penting dan strategis untuk mengembangkan sumber daya masyarakat di pedesaan.
“Ponpes merupakan institusi pendidikan yang tidak mencakup pendidikan agama dan moralitas saja. Namun juga pendidikan formal sampai dengan pendidikan kewirausahaan,” ujar dia.
Sekitar seratus santri tingkat SMA dan sederajat mengikuti Bimtek yang akan berakhir pada 5 April 2019 mendatang. Adapun dalam Bimtek itu, Kemenperin menyerahkan bantuan senilai Rp 400 juta berupa kompressor, scanner injection, charger accu, mesin nitrogen, genset, bike lift, mesin pembuka ban, dan tool set drawer masing-masing 2 unit.
Gati menuturkan, materi bimtek kali ini yakni bidang perbengkelan roda dua dengan menyerahkan bantuan peralatan perbengkelan.
“Bantuan kita menyesuaikan keinginan dari Ponpes Al Hikmah 1 Benda. (Sebab) santri di ponpes ini juga sudah memiliki dasar dalam perbengkelan otomotif dimana selanjutnya kami berikan stimulus agar dapat menjadi wirausaha baru,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, sejak 2013 hingga 2018, Ditjen IKMA telah membina sebanyak 20 ponpes. Lebih dari 3 ribu santri telah diberikan produksi serta motivasi kewirausahaan.
“Lingkup pembinaan di antaranya pelatihan atau bimtek produksi dan fasilitas mesin di bidang perbengkelan roda dua, perbengkelan las, konveksi, kerajinan, pengolahan roti, pengolahan kopi, daur ulang sampah, produksi garam yodium, pengolahan air minum, dan produksi pupuk organik cair,” beber dia.
Gati mengatakan, saat ini program santripreneur masih fokus di wilayah pulau Jawa. Di mana pada 2019 Ditjen IKMA mentargetkan akan menyambangi 27 ponpes dalam program santripreneur.
“Sampai awal 2019 sudah ada 6 ponpes dari target 27 ponpes. Sementara kita fokus di Pulau Jawa dahulu,” lanjut Gati.
Kemudian, setelah itu santri pun didorong untuk berani bersaing di pasar online. Hal itu relevan dengan target pemerintah untuk mencetak entrepreneur atau wirausahawan di angka 4 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
“Pemerintah punya visi dan misi di 2045, jumlah entrepreneur di angka 4 persen. Saat ini kita (Indonesia) masih di angka 3 persen. Karena di negara-negara yang telah maju jumlah entrepreneurnya sudah 4 persen,” imbuhnya. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post