BREBES – Universitas Negeri Semarang (UNNES) kembali memberikan gelar Doktor pendidikan pada salah satu mahasiswinya. Peraih gelar tersebut adalah Moh. Toharudin. Pria yang juga Dosen PGSD FKIP Universitas Muhadi Setiabudi Brebes itu, mempromosikan Disertasinya di Kampus Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada, Jumat 8 Februari 2019 lalu.
Dirinya mempromosikan Disertasinya dihadapan delapan dewan penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si, Prof. Dr. Fatah Syukur, M.Ag, Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd, Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd, Prof. Dr. Rasdi Ekosiswoyo, M.Sc, Prof. Dr. Joko Sutarto, M.Pd, dan Prof. Dr. Totok Sumaryanto, M.Pd.
Dalam penelitiannya, Toharudin mengembangkan model pelatihan guru sekolah dasar inklusif dengan metode Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations (ADDIE).
“Jadi sekolah dasar inklusif ini merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak yang berkelainan atau berkebutuhan khusus,” ucap Toharudin, Kamis 14 Februari 2019.
Ia menambahkan, pendidikan inklusif merupakan salah satu program dari kebijakan pemerintah dalam memberikan pelayanaan bagi anak berkebutuhan khusus untuk menempuh pendidikan reguler seperti anak-anak normal lainnya.
“Karena pelayanan pembelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus pada sekolah dasar inklusif dibutuhkan guru yang kompeten,” tutur dia.
Selanjutnya, untuk mewujudkan kompetensi guru sekolah dasar inklusif tentunya melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru sekolah dasar inklusif.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model manajemen pelatihan guru sekolah dasar inklusif berbasis kebutuhan di Kabupaten Brebes,” ungkapnya.
Adapun hasil penelitian yang dicapai Toharudin, pertama, guru sekolah dasar inklusif sangat membutuhkan pelatihan yang inovatif sehingga dapat berdampak pada peningkatan kompetensi guru sekolah dasar inklusif.
Kedua, pengembangan model pelatihan guru sekolah dasar inklusif dengan melaksanakan analisis kebutuhan terintegrasi antara penyelenggara, peserta pelatihan dan instruktur pelatihan; mendesain tujuan pelatihan; mengembangkan modul pelatihan; implementasi pelatihan dengan menerapkan metode mastery learning dan Competency Based Training, serta dilakukan evaluasi dengan adanya tindak lanjut pada pelatihan berikutnya.
Ketiga, model pelatihan guru sekolah dasar inklusif dengan ADDIE berdasarkan hasil uji tersebut dinyatakan layak.
“Alhamdullilah bersyukur saya dinyatakan Lulus dengan indeks prestasi 3,84 Sangat Memuaskan Lulusan ke 428 Pascasarjana Universitas Negeri Semarang,” pungkasnya. (Info Pendidikan)
Discussion about this post