TEGAL, Panturapost.com – TKI asal Kelurahan Kauman, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Anggi Rizky Mulyani, diduga menjadi korban perdagangan manusia. Gadis yang masih berusia 17 tahun ini berangkat ke Malaysia bersama seorang warga Brebes bernama Evi Oktaviana pada awal Februari lalu.
Sebelumnya, Anggi diduga menjadi korban penganiayaan oleh majikannya di Malaysia. Ayah Anggi, Rodi, 40 tahun, telah melaporkan kasus ini kepada Dinas Sosial
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Tegal. Kepala Bidang Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans, Umi Pramunarti, menduga, Anggi merupakan korban human trafficking atau perdagangan manusia. “Keberangkatan Anggi ke Malaysia itu melalui perseorangan, itu kan sudah melanggar dan tidak resmi,” ujar Umi, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan catatan dinas, selain Anggi, ada tiga perempuan lain yang diduga menjadi korban perdagangan manusia. Mereka adalah Lies Purnowati, yang merupakan ibu Anggi, Sekar Utami dan Sely Andika Pratiwi. Mereka berasal dari kelurahan yang sama dengan Anggi. Umi mengatakan, pihaknya kini berkoordinasi dengan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jawa Tengah. “Kami bersama BP3TKI berkomunikasi dengan pihak KJRI Malaysia, untuk memastikan kondisi mereka,” ujar dia.
Rodi saat ini mengaku masih dirundung rasa khawatir. Sebab, saat terakhir berkomunikasi, Anggi selalu menangis dan berkali-kali memohon untuk dipulangkan. Bahkan, dia mengancam jika tidak bisa pulang akan bunuh diri. “Sebagai ayah saya sangat khawatir. Saya menangis mendengar anak saya bilang sering dipukuli,” ujar dia.
Anggi berangkat ke Malaysia pada awal Februari 2016 bersama ibunya, Lis Purnowati, dengan menggunakan paspor umroh. Keberangkatan mereka ke Malaysia untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. “Berangkatnya tidak bayar. Tapi kata Bu Evi (orang yang membawa anggi dan lies) akan dipotong gaji selama tiga bulan,” ujar dia.
Rodi menceritakan awalnya dia melarang istri dan anaknya bekerja di Malaysia. Namun karena diiming-imingi penghasilan yang besar mereka akhirnya tetap berangkat. Di Malaysia, Anggi dan Ibunya bekerja di tempat yang berbeda. Anggi bekerja di Kuala Lumpur, sementara Ibunya bekerja di Johor. Informasi yang beredar, Lies Purnowati, mendapat majikan yang baik. Sebaliknya Anggi mendapat majikan yang tidak baik.
Selama delapan bulan bekerja, Anggi hanya mengirimkan uang dua kali. Pertama sebesar Rp 2,7 juta pada Agustus lalu melalui jasa pengiriman uang. Kemudian yang kedua sebesar Rp 2,8 juta melalui rekening bank. “Sudah delapan bulan bekerja, kirim dua kali. Yang enam bulan tidak tahu dibayar atau tidak,” kata dia.
Rodi berharap, istri dan anaknya bisa segera pulang dan berkumpul dengan keluraga. Sebab, dua adik Anggi saat ini masih kecil dan membutuhkan kasih sayang ibu. “Kalau cari uang segitu di sini juga bisa. Yang paling penting kan kasih sayang orang tua,” ujar dia. (Rhn/Tempo)
Discussion about this post