PROGRAM Family Development Session (FDS) yang diberikan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Tegal mengubah keadaan perekonomian KPM. Seperti yang dialami anggota KPM PKH, Sulastri (43) warga Desa Bandasari RT 06/01 Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal.
Sulastri bersama suami Edi masuk menjadi anggota penerima Bansos PKH sejak tahun 2017. Sulastri dan Edi memiliki 2 anak. Yang satu masih duduk di bangku SMP. Sedangkan yang satu lagi sudah lulus dari bangku SMA dan rencananya akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Saya hanya seorang ibu rumah tangga dan suami buruh pabrik tenun,” tutur Sulastri, Rabu (12/8/2020 ).
Penghasilan suaminya ketika bekerja sebagai buruh tenun hanya berkisar antara Rp 350.000/minggu. Tetapi, semenjak bulan Januari 2020, suaminya keluar kerja dan memberanikan diri untuk membuka produksi kain tenun sendiri. Berbekal ketrampilan sang suami, Edi, dalam membuat tenun, akhirnya berani membuka usaha kain tenun di rumah sendiri.
Tidak hanya itu, suaminya bersemangat ketika mengajarkan keterampilan yang dimilikinya kepada orang lain. Termasuk pada KPM PKH. Ia merasa ilmunya lebih bermanfaat jika bisa membantu orang-orang di sekelilingnya.
Saat ini Sulastri dan Edi bekerjasama dengan pabrik tenun Sampurna Barokah. Kain tenun yang diproduksi Edi bersama Sulastri dan karyawannya saat ini mencapai 1-2 kodi (20-40 potong) per minggu. Kain tentun yang disetorkan Edi selanjutnya akan difinishing oleh pabrik besar yang kemudian diekspor ke Timur Tengah.
Edi bersama Sulastri telah memiliki 6 alat tenun dengan dibantu 3 karyawan yang salah satunya adalah KPM PKH di desa tersebut. Rencananya akan ada penambahan 2 alat tenun lagi dikarenakan banyaknya permintaan dari pabrik.
Berkat kegigihan, serta kualitas produksi yang bagus dan memenuhi standar, Edi dan Sulastri kini semakin mendapat kepercayaan dari pabrik. Tentu ini berdampak pada naiknya omset yang didapatkan. Omset per minggu mencapai Rp 4.000.000 atau sekitar Rp 16.000.000 setiap bulannya, dengan penghasilan bersih antara Rp 6.400.000.
Karena telah memiliki usaha, Edi dan Sulastri telah memantapkan hati mundur dari peneriman bantuan PKH per Juli 2020. “Alhamdulillah saat wabah virus Corona, kami masih terus memproduksi kain tenun dan kami pun mengajak para KPM lain untuk membuat kain tenun,” ujarnya.
Sementara itu Phrativi Dian Puspita Anggraini, S.Pd, Pendamping Desa Bandasari mengatakan, Program FDS dan semangat untuk mandiri telah mengubah perekonomian mereka. “Kami akan terus mengarahkan kepada KPM lainnya dengan program FDS. Semua itu agar para KPM bisa lepas dati zona rendah menjadi zona sedang atau mampu,” ujarnya. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post