SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meminta Pemkab Brebes untuk mengevaluasi kebijakan penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) serentak. Permintaan itu disampaikan Ganjar melalui telepon kepada Bupati Brebes, Idza Priyanti.
Ganjar mengaku khawatir, jika penerapan kebijakan sekolah tatap muka secara serentak di SMP negeri dan swasta itu bisa membahayakan siswa itu sendiri.
“Saya telpon Bupati Brebes, dia bilang itu uji coba. Tapi karena serentak, saya minta langsung dievaluasi. Karena keserentakan ini, saya khawatir membahayakan,” kata Ganjar dalam siara pers yang diterima PanturaPost, Rabu (19/8/2020).
Sebagaimana diketahui, ada 154 SMP di Brebes yang mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Selasa (18/8/2020). Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Bupati Brebes Idza Priyanti di SMP Negeri 2 Brebes.
Idza menjamin seluruh sekolah yang melaksanakan PTM telah menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan ketat. Seperti menyediakan tempat cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, hingga mengecek suhu tubuh siswa.
Serentak! 154 SMP Negeri dan Swasta di Brebes Mulai Pembelajaran Tatap Muka
Di sisi lain, Ganjar mendukung rencana Pemkot Solo menggelar sekolah tatap muka pada akhir November tahun ini. Dukungan itu disampaikan Ganjar secara langsung ketika Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo silaturahmi ke Pemprov Jateng, Rabu (19/8).
“Saya mendukung, namun minta dilakukan simulasi dulu. Pastikan orang tua juga tahu persis. Simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai dari berangkat, proses belajar mengajar hingga pulang semuanya aman. Kalau tidak dapat memastikan itu, dan kalau ada yang keberatan, maka jangan dulu,” kata Ganjar.
Ganjar mewanti-wanti agar Solo tidak melakukan hal yang dilakukan Pemkab Brebes dalam rencana ini. Dimana sebelumnya, Brebes melakukan uji coba secara serentak, dan dinilai cukup membahayakan.
Sementara itu, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengatakan, pihaknya berencana memulai sekolah tatap muka pada akhir November tahun ini. Untuk keperluan itu, pihaknya akan mulai melakukan simulasi pada September dan Oktober.
Simulasi lanjut dia akan dilakukan dengan ketat agar bisa menggambarkan proses belajar mengajar tatap muka di kemudian hari. Mengingat sekolah yang diampu adalah SD dan SMP, maka Rudi mengatakan hal tersulit adalah mencegah anak-anak berkerumun, saling bergandengan tangan, berpelukan dan lainnya.
“Memang karena masih anak-anak, jadi pasti sulit dilarang. Kami akan jadikan itu sebagai bahan simulasi. Seperti arahan pak Gubernur tadi, bahwa simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai berangkat sampai pulang sekolah,” terangnya. (*)
Discussion about this post