BREBES, Panturapost.com – Harga garam di beberapa daerah mengalami kenaikan yang cukup tajam. Kondisi itu justru membuat sejumlah petani di sentra produksi garam di Brebes sumringah. Mereka memanfaatkan momentum ini agar mendapatkan untung berlebih.
Salah seorang petani asal Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Dastam, mengaku baru mengalami harga garam setinggi ini. Garam yang biasanya dijual Rp 500 per kilogram, kini dibandrol Rp 4.000 per kilogram. “Kali ini baru bisa jual dengan harga tinggi,” kata dia, Rabu, 26 Juli 2017.
Dia mengatakan, melonjaknya harga garam ini dikarenakan stok garam di sejumlah gudang menipis. Bahkan banyak gudang yang mengalami kekosongan pasokan. Menurutnya, kelangkaan ini terjadi karena hujan yang terus menerus dalam setahun terakhir ini. Kondisi ini membuat petani tidak bisa menyetok persediaan garam untuk pertengahan tahun ini.
Petani tidak bisa memproduksi garam dalam setahun terakhir sampai Juni kemarin karena hampir tidak pernah bertemu musim kemarau. Kini, saat musim kemarau tiba, mereka berlomba-lomba memproduksi garam agar mendapatkan keuntungan di saat harga masih tinggi.
“Petani baru bisa memproduksi sebulan terakhir ini. Makanya ini cepat-cepat mengolah lahan agar saat panen harga masih tinggi,” ujar dia. Dastam mengungkapkan, jika hasilnya bagus, lahan satu hektare bisa menghasilkan garam sebanyak 7 ton.
Hal yang sama juga dialami petani garam asal Desa Sawojajar, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Subkhan, 46 tahun. Dia mengaku senang dengan harga garam yang saat ini sedang tinggi-tingginya. “Kami baru bisa merasakan harga garam yang lebih baik,” ujar dia.
Dia sendiri juga baru bisa memproduksi garam sejak sebulan terakhir ini. Tahun lalu, produksi terhambat karena hampir tidak bertemu musim kemarau. “Stok ini menipis karena tahun lalu hampir tidak ada musim ketiga (kemarau),” katanya. (Tempo/Rhn)
Discussion about this post