TEGAL, Panturapost.com – Riuh kokokan puluhan ekor ayam menyambut saat menyambangi bengkel milik Slamet Sumiyatno di Kelurahan Mangkukusuman, Kota Tegal, Jumat 5 Agustus 2016. Ruangan berukuran sekitar 12×14 meter ini disulap menjadi kandang ayam. Padahal sebelumnya ruangan ini difungsikan sebagai bengkel untuk mengecor logam. “Sudah dua bulan ruangan jadi kandang ayam. Sebelumnya di sini buat ngecor,” kata Slamet.
Bengkel milik Slamet terbagi menjadi dua ruangan. Satu ruangan masih difungsikan untuk melakukan produksi, sedang ruangan lainnya sudah beralih fungsi menjadi kandang ayam di bagian belakang. Alih fungsi ruangan terpaksa dia lakukan setelah order logam dalam tiga bulan terakhir ini sepi. Dia pun terpaksa nyambiberternak ayam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Ya lumayan buat tambahan,” ucap dia. Saat ini, sedikitnya ada sekitar 80 ekor ayam yang dipeliharanya.
Lesunya produksi logam yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu ini juga ditandai dengan sepinya aktifitas produksi di tempat Slamet. Sejumlah mesin bubut dibiarkan berdebu dan tak difungsikan. Menurut dia, ada belasan mesin bubut terpaksa dijual hingga tersisa tiga unit. “Awalnya ada 19 unit. Karena order sepi, enggak ada pekerjaan ya dijual saja,” ujar dia. Dia juga terpaksa merumahkan belasan pegawainya. “Sekarang tersisa tinggal satu orang,” ungkap dia.
Usaha logam yang didirikan oleh ayahnya sejak 1945 ini mulai menyusut saat krisis 1998. Saat berjaya, bengkel tersebut bisa memproduksi ribuan unit alat setiap bulannya. Saat itu, pelanggannya adalah perusahaan-perusahaan nasional. “Saya masuk ikut membantu ayah saya mulai 1978. Saat itu orderan banyak. Sekarang yang pesan cuma perseorangan, jumlahnya juga sedikit,” katanya.
Sisa-sisa kejayaan pun masih tampak di bengkel tersebut. Di ruangan yang sekarang jadi kandang, ada satu alat cor yang berukuran cukup besar. Dulu, alat ini kerap digunakan untuk meleburkan besi-besi. Sekarang bangkai alat itu tergeletak begitu saja dan sudah karatan. Alat-alat bubut yang manual pun masih ada. Namun, kondisinya cukup memperihatinkan.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Logam SU Anwari, Kelurahan Mangkukusuman, Sukamto Rahman, mengatakan banyak anggota KUB yang terpaksa gulung tikar lantaran sepinya order. Menurut dia, kondisi ini terjadi karena banyaknya produk logam dari luar negeri yang membanjiri pasar Indonesia.
“Saya biasa kirim barang di Glodok Jakarta. Tapi beberapa bulan terakhir ini kiriman saya ditolak karena sudah ada barang dari Cina yang lebih murah,” ungkap dia. Anggotanya yang sebelumnya mencapai 50 orang kini tinggal 10 orang yang masih berproduksi. Itu pun, kata dia, kondisinya kembang kempis.
Sumber: Koran Tempo
Discussion about this post