TEGAL – Kekeringan akibat musim kemarau sudah mulai dirasakan oleh warga Kabupaten Tegal. Meski termasuk awal, kekeringan bahkan sudah terjadi sampai daerah pegunungan, yakni Kecamatan Jatinegara. Padahal di tahun lalu, Kecamatan Jatinegara tidak mengalami kekeringan saat musim kemarau.
Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal, daerah yang mengalami kekeringan yakni di Kecamatan Warureja, Suradadi, dan Jatinegara.
Desa yang mengalami kekeringan di Kecamatan Warureja yakni di Desa Kedungkelor, Banjarturi, Banjaragung, Rangin Mulya, Sigentong. Kemudian di Kecamatan Suradadi ada di Desa Sida Mulya, Kertasari, Gembongdadi, dan Harjasari.
Kesulitan air bersih juga terjadi di Kecamatan Jatinegara seperti Desa Lebakwangi, Lembasari, Taman Sari, dan Wot Galih. Sejak kemarin, BPBD Kabupaten Tegal sudah mendropping atau mengirimkan air bersih.
Beberapa pihak dan relawan sebenarnya sudah juga turut mendropping air bersih. Misalnya PMI Kabupaten Tegal, yang telah mendropping sebanyak 6 ribu liter di masing-masing tiga kecamatan tadi. Untuk lima desa di Kecamatan Jatinegara, baru Desa Lebakwangi, yang telah mendapatkan bantuan air bersih.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tegal M Yatim Effendi mengatakan, musim kemarau kali ini termasuk parah. Sebab, kekeringan tahun ini meluas hingga ke daerah pegunungan.
“Daerah pegunungan sudah kekeringan. Padahal kalau dibandingkan tahun kemarin tidak mengalaminya,” bebernya.
Ia pun mengaku, penanganan kekeringan dengan upaya pembuatan sumur dalam belum bisa dilakukan. Pasalnya, kata dia, saat ini sumber mata air di sumur pun mengalami pengurangan debit air. “Sebenarnya sumur dalam di sana sudah ada. Namun belum maksimal. Karena juga mengalami kekeringan,” ujarnya.
Selain itu, tambah Effendi, jumlah armada tangki yang hanya satu, juga menjadi kendala. Hal itu mengakibatkan dropping atau pengiriman air bersih menjadi lambat. “Hanya ada satu armada. Itu pun (dropping air, red) harus bergantian dengan desa lainnya,” keluhnya.
Dia mengungkapkan, daya angkut tangki itu sebanyak 4 ribu liter untuk setiap pengiriman. Ia menambahkan, saat ini pihaknya memfokuskan dropping di daerah pantai utara (pantura), seperti di Kecamatan Warureja dan Suradadi. Selain menjadi langganan kekeringan, sumber mata air bersih di sana cukup sulit dicari.
“Jadi langganan tiap kemarau. Air bersih untuk konsumsi warga dan mandi terutama yang sangat sulit dicari,” katanya.
Lebih lanjut ia mengaku khawatir karena meski baru awal, kekeringan sudah melanda daerah pegunungan. Padahal menurut prediksinya, puncak kemarau baru terjadi pada pertengahan September mendatang.
“Bingung juga nanti bagaimana pas puncaknya? Bisa akan banyak desa yang mengantre untuk diropping air bersih,” tandas dia. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post