TEGAL – Desa wisata di Kabupaten Tegal mulai bergeliat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa contoh desa wisata yang sudah dikembangkan seperti di Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa dan Desa Luwijaya, Kecamatan Jatinegara.
Pengembangan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tegal. Selain itu, pengembangan desa wisata juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat mensejahterakan warga sekitarnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal, Widodo Joko Mulyono menjelaskan akan ada 20 desa lagi yang akan dikembangkan. Sektor yang akan dikembangkan yakni untuk desa wisata religi, desa wisata sayur, desa wisata alam, dan desa wisata purbakala.
“Kita akan kembangkan lagi 20 desa wisata. Kesemuanya memiliki potensi yang menjanjikan,” katanya Jumat, 6 Oktober 2018.
Dikatakan, strategi untuk pengembangan desa wisata akan dimulai dari daerah terpencil atau terluar terlebih dahulu. “Konsep pengembangannya potensi apa yang dimiliki di sebuah desa itu. Bukan membuat tempat wisata baru. Sehingga nantinya potensi desa yang dikembangkan bisa pertanian, perikanan atau lain-lainnya,” terang dia.
Joko mencontohkan daerah pinggiran yang sudah dikembangkan potensi wisatanya semisal Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa. Desa ini berada di ujung tenggara yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes.
Di desa Cempaka ini dapat dijumpai tuk bening atau sumber mata air jernih serta Pasar Slumpring. Di mana dalam pasar itu, pembayarannya menggunakan koin bambu. “Di Cempaka justru potensi alam di desa ini mampu menarik wisatawan datang,” ucap dia.
Kemudian, ada Desa Luwijawa di Kecamatan Jatinegara. Desa ini berdekatan dengan Kabupaten Pemalang. Buah durian dan kesenian sintren menjadi potensi wisata yang dikembangkan di daerah ini. Sehingga festival durian dan budaya kerap diadakan di desa ini untuk menarik wisatawan.
Lebih lanjut, ia menuturkan, untuk desa wisata religi, Pemkab Tegal akan menerapkannya di kawasan Cikura, Giren, Kalisoka, dan Danawarih. Sementara itu, desa wisata sayur akan dikembangkan di Desa Cigedong.
Sedangkan desa wisata batik akan dipusatkan di Desa Bengle, Kecamatan Talang. Di sisi lain, desa wisata alam dan desa wisata purbakala masing-masing dikembangkan di Bumijawa dan Semedo.
Pihaknya menggandeng konsultan pariwisata asal Banyuwangi untuk mengembangkan desa- desa wisata.
Terkait pengembangan wisata akan terbentur zonasi tata ruang atau Perda Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dapat menimbulkan konflik, Joko menuturkan pariwisata yang dikembangkan yang sudah ada di desa tersebut.
“Kami kembangkan potensi yang ada, sehingga tidak merubah apapun. Pengembangan juga dimulai dari pinggiran atau desa yang lebih gampang dibandingkan kota soal RTRW,” jelasnya.
Terapkan Strategi Korea Selatan
Ia menambahkan dalam waktu dekat ini, wisata di Kabupaten Tegal akan dikembangkan dengan strategi Korea Selatan.
“Jadi bukan yang nari- nari dan nyanyi- nyanyi itu. Namun, strategi pengembangan kota, semisal pengaturan taman atau tata ruang kota dan sebagainya,” imbuh Joko.
Kemudian, strategi wisata Korea yang ia maksud yakni dari segi promosinya yang memberdayakan para pemuda dan pemudinya. (Panturapost.id)
Editor: Muhammad Irsyam Faiz
Discussion about this post