BREBES, Panturapost.com – Suasana haru menyelimuti sebuah rumah di Desa Bulakparen, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Ahad, 9 Oktober 2016. Rasbun, 50 tahun, dan Tuti Maryati, 45 tak bisa membendung air matanya begitu jenazah anak mereka yakni M. Taufiq Fadhil tiba sekitar pukul 07.00 WIB.
Taufiq merupakan santri dari Pondok Pesantren Langitan Jawa Timur. Dia enjadi salah satu korban tenggelamnya belasan santri di Sungai Bengawan Solo, Lamongan, Jawa Timur. Rasbun dan Maryati pun tak kuasa menahan tangis lantaran anaknya yang sudah 2,5 tahun menuntut ilmu di Pondok pulang-pulang hanya tinggal nama.
Rasbun mengaku tidak ada firasat apapun terkait meninggalnya Afiq, panggilan akrab anaknya. Dia menceritakan bungsu dari dua bersaudara itu dikenal sebagai anak yang kreatif. Afik jago membuat seni kaligrafi. “Dia terakhir pulang ke rumahnya pada Lebaran Idul Fitri kemarin,” kata Rasbun saat ditemui di rumah duka.
Jenazah tidak dibawa masuk rumah duka lantaran kondisinya yang sudah membusuk. Tampak jenazah terbungkus kain kafan dan plastik yang masih berada di Mobil Puskesmas milik Pemkab Lamongan.
Pengurus Pondok Pesantren Langitan, tampak ikut mengantar kepulangan santrinya. Salah satu pengurus, Syaeful Huda, menceritakan peristiwa tenggelamnya para santri tersebut.
Syaeful menjelaskan, saat kejadian para santri sedang libur. Karena Hari Jumat tidak ada kegiatan pesantren, para santri berniat pergi ke pasar guna membeli persediaan bahan makanan. “Pasar yang berjarak tiga kilo meter dilalui 25 santri termasuk Afiq, dengan perahu melintasi Sungai Bengawan Solo,” jelas Saeful.
Beban perahu yang terlalu berlebihan membuat perahu oleng dan akhirnya perahu terbalik. Padahal sebelumnya, pengurus Ponpes sudah mengingatkan untuk tidak melewati sungai, karena arus deras di musim hujan. (Rhn/Dtn)
Discussion about this post