TUHAN tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai ia mau mengubah nasibnya sendiri. Mungkin itulah gambaran yang tepat tentang perjalanan Nur Aeni, warga kelurahan Mintaragen, dalam menggeluti usaha di bidang kerajinan kain flanel. Aeni barangkali tidak menyangka sebelumnya bahwa hasil kerajinan tangan akan banyak diminati orang.
“Tadinya saya hanya lihat-lihat video di YouTube. Saya tertarik mempelajari tutorial membuat kerajinan kain flanel awalnya karena sekedar ingin membuat mainan buat anak,” tutur Aeni yang tinggal di Jalan Serayu, Kelurahan Mintaragen, Kota Tegal.
Produk kerajinan pertama yang dibuat Aeni adalah gantungan kunci yang ia buat untuk anaknya. Tak disangka ternyata teman sekolah anaknya tertarik dengan gantungan kunci tersebut.
Melihat peluang itu, perempuan 45 tahun ini kemudian berinisiatif membuat lebih banyak gantungan kunci, untuk ditawarkan kepada anak-anak sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Satu gantungan kunci ia harga 2.000 rupiah saja. Hasilnya, tak butuh waktu lama untuk menghabiskan sekitar 50 gantungan kunci.
Meski terhitung sukses di percobaan pertama Nur Aeni baru menemui permasalahan penjualan setelahnya. Sebab ternyata semua barang yang terjual di awal produksi tersebut tidak mendapatkan repeat order. Maka dari itu, Aeni merasa perlu untuk menemukan target market yang lebih luas.
“Percobaan pertama terbilang sukses. Semua produknya terjual dalam waktu singkat. Namun, setelah itu tidak ada repeat order. Maklum, namanya juga anak-anak. Dari sini saya berpikir mengubah strategi dan target pemasaran saya. Saya coba bikin model kreasi lain yang sekiranya bisa diminati orang dewasa,” lanjutnya.
Maka mulailah Aeni lebih intens belajar variasi kerajinan kain flanel dari YouTube dan grup WA sesama pengrajin kain flanel. Dari situ Bu Aeni mulai membuat gantungan kunci karakter, replika makanan, boneka, celengan, dan lain-lain. Harganya pun variatif mulai dari 5.000 rupiah sampai 200.000 rupiah bergantung tingkat kerumitan.
Mundur dari penerima PKH
Sebelum memutuskan memulai usaha kain flanel, ibu 3 anak ini merupakan salah satu dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Setiap bulannya dia aktif mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang wajib diikuti oleh KPM PKH.
Salah satu materi yang disampaikan dalam P2K2 tersebut yakni sesi Memulai Usaha. Dalam sesi itu disampaikan pentingnya mengurus perijinan usaha dan peluang yang didapatkan dengan bergabung bersama komunitas usaha.
Bagi Nur Aeni informasi seperti itu bukanlah sekedar ia anggap sebagai pengetahuan belaka. Nur Aeni menangkapnya sebagai peluang untuk maju. Setelah mengurus Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), terbuka jalan baginya untuk mengikuti beberapa komunitas usaha binaan pemerintah maupun swasta.
Dalam komunitas yang ia ikuti, Bu Aeni mendapatkan pelatihan, inspirasi dari sesama pelaku usaha, peningkatan kualitas produksi, jaringan, digital marketing, kemampuan memahami pasar, serta berkesempatan mengikuti bazar.
Berinteraksi dalam lingkaran pengusaha membuat mindset Aeni menjadi lebih terbuka. Dia meyakini bahwa kesuksesan seseorang itu harus didapat dari usaha sendiri, bukan dengan mengharap bantuan orang lain maupun pemerintah.
“Saat itu saya merasa bahwa mungkin ini saat yang tepat untuk mengundurkan diri sebagai penerima PKH. Alhamdulillah, pekerjaan suami di bengkel kembali ramai, kerajinan saya telah dikenal dan mendapat orderan rutin, serta anak pertama telah lulus. Hingga awal tahun 2021 saya mantap bilang ke Pendamping PKH saat itu bahwa saya ingin mundur agar terbuka kesempatan bagi orang lain yang lebih berhak.”
Kini usaha Nur Aeni terus bertumbuh. Setelah belajar mengenai digital marketing, ia mencoba untuk menawarkan dagangan kerajinannya melalui salah satu e-commerce dengan nama toko Aisputri Craft. Saat ini pelanggan Aisputri Craft bukan hanya dari Kota Tegal saja, tapi juga menjangkau hingga beberapa pulau di Indonesia.
“Alhamdulillah, kerajinan replika makanan jadi produk yang paling banyak diminati. Kami telah mendapat pesanan luar kota maupun luar pulau, dari Sumatera, Kalimantan, hingga sampai ke Papua. Saya berdoa Allah memberi keberkahan dari usaha saya ini. Dan jika ada kesempatan, rasanya ingin sekali belajar bisa memasarkan produk saya ke luar negeri,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post