SLAWI – Cara tak lazim dilakukan oleh pengelola kedai kopi di Slawi, Kabupaten Tegal. Jika biasanya warung kopi kerap diisi dengan pentas musik, di Kedai Nyong Kopi yang beralamat di Jalan Jeruk No.1, Procot, Slawi ini membuka tempat untuk ngaji kitab kuning. Acara tersebut dikemas dengan acara Ngopi Santri (Ngolah Pikir Bareng Santri) yang diadakan tiap Selasa pukul 15.30-17.00.
Pengelola Kedai Nyong Kopi, Zakaria, mengatakan dalam ngopi santri itu menghadirkan satu narsumber dan dipandu oleh satu moderator. Narasumber tersebut mengartikan isi kitab dan menjelaskan soal isi dalam ktiab tersebut. Kemudian moderator melempar kepada pengunjung kedai jika ada yang mau bertanya.
”Ngajinya tetap kaya di majelis atau tempat pengajian. Bedanya ini di kedai dan dibuka tanya jawab untuk para pengunjung kedai. Berharap, kedai sebagai tempat silaturahmi, menjadi tempat diskusi sosial dan diskusi keagamaan,” ungkapnya dalam siaran pers yang diterima PanturaPost, Sabtu (12/9/2020).
Rencananya, kegiatan akan dilakukan setelah Salat Asar. Tiap pekan pembahasannya berbeda-beda. Mulai dari tasawuf, fiqih, dan aqidah. Karena itu, kitabnya dan nasumbernya nanti juga berbeda.
“Rencananya pakai kitab mukhtasar Ihya Ulumuddin, Fathul Qorib, dan Aqidatulawam. Silakan kepada orang-orang yang ingin ngaji, datangs aja ke kedai tiap Selasa sore,” ungkapnya.
Pada Selasa lalu (8/9/2020), Ngopi Santri membahas tentang Risiko Bahasa Lisan yang diambil dari Kitab Mukhtasor Ihya Ulumuddin. Hadir dalam kesempatan itu sebagai narasumber yakni Ustaz Idris Salis, yang juga ketua Majlis Dzikir dan Sawalat Rijalul Ansor Kabupaten Tegal. Dengan dipandu M Kahfi, dosen IBN Tegal.

Selain membaca kitab beserta artinya, Ustaz Idris Salis juga menjelaskan beberapa risiko bahasa lisan atau bahaya bahasa lisan. Di antaranya tentang perkataan yang tidak ada manfaatnya. Kemudian Fudulul kalam atau berbicara dengan menambahkan kata-kata yang tidak ada faedahnya atau memberikan tekanan dalam kalimat tertentu. Dia juga menjelaskan tentang berbicara mengenai kebatilan dan kemaksiatan.
”Sebenarnya ada 20 bahayanya bahasa lisan, tetapi pada kesempatan ini kami baru bias menjelaskan sampai 10, karena waktu yang kurang memungkinkan,” ungkap Idris saat Ngopi Santri.
Selain Ngopi Santri, di kedai yang ia kelola ini juga selalu mengadakan diskusi dengan tema lain. Misalnya ada acara Ngopi Kamisan. Acara yang digelar setiap Kamis pukul 14.00 – selesai itu membahas tema yang lebih umum.
“Misalnya soal pertanian, pemerintahan, ekonomi, dan lainnya. Kami berharap dengan banyaknya diskusi bisa menambah wawasan para pengunjung yang datang,” pungkasnya. (*)
Discussion about this post