BREBES – Warga Kabupaten Brebes mengeluhkan penyekatan di Jalur Pantura yang masuk Brebes yang hingga kini masih diberlakukan. Padahal, saat ini status PPKM se-Jawa Bali, Kabupaten Brebes berada di level 2.
Adapun titik penyekatan tersebut berada di simpang tiga tol Brebes Exit Timur dan Brebes Barat. Para pengendara menilai kebijakan penyekatan yang masih diterapkan tersebut berlebihan karena kerap memicu penumpukan kendaraan saat jam padat.
Bahkan, kendaraan mobil pribadi dari arah tol yang akan keluar melalui exit tol Brebes Timur tak bisa berbelok ke arah kota Brebes. Pengguna harus memutar ke arah perbatasan.
Selain itu, distribusi logistik yang akan masuk dalam kota juga terhambat. Kerena, truk besar tidak boleh melintas, dan dialihkan masuk tol.
Protes penyekatan itu, seperti diungkapkan Ahmad (48), sopir truk box. Ia mengeluhkan masih ditutupnya jalur pantura untuk kendaraan berat. Padahal, dengan penyekatan di Brexit dan Brebes Barat justru menambah jarak tempuh. Mengingat, tugasnya mendistribusikan bahan material dari distributor ke Jawa Timur.
“Brebes kan sudah Level 2, kenapa jalur pantura-nya masih ditutup. Padahal di daerah lain sudah buka semua. Operasional justru bengkak karena harus masuk tol,” keluh Ahmad, Selasa (30/11/2021).
Hal yang sama disampaikan Syaiful Rozak (53) sopir truk ekspedisi. Menurut dia, masih ditutupnya jalur pantura di Brebes Kota dinilai sangat memberatkan. Apalagi, hampir dua sampai tiga hari sekali ia harus tambah biaya operasional dan waktu tempuh.
“Kalau jalur pantura dibuka, mengirim sehari sekali pulang pergi bisa. Tapi, selama Brexit dan Brebes Barat disekat jadi repot. Padahal, mengirimnya paket wilayah kota Brebes semua harus memutat dulu lewat tol,” kata Rozak.
Warga lainnya, Dedi (29), mengaku heran dengan kebijakan penyekatan dari arah pintu keluar tol Brebes Timur ke arah Brebes kota.
“Dari Semarang pakai mobil pribadi keluar pintu Tol Brebes Timur menuju ke Brebes kota kok di tutup. Lalu lintas harus memutar dulu ke arah perbatasan Kota Tegal. Itu kan malah menghambat,” kata Dedi. (*)
Editor: Irsyam Faiz
Discussion about this post