BREBES – Acara hiburan musik dangdut yang berlangsung di Gebyar Bumiayu Fair (GBF) 2018, Selasa 4 September 2018 menuai kecaman. Pasalnya dalam acara tahunan itu, dianggap oleh masyarakat dan sejumlah pihak telah bermuatan pornografi.
Kecaman dilakukan oleh warganet di media sosial maupun sejumlah elemen masyarakat. Bermula saat warganet dengan nama akun Facebook nama Eti Budiarti memprotes tampilan penyanyi yang terlalu seksi ke grup “Bumiayu Raya”.
Isi tulisannya yakni : “Bumiayu terkenal kota santri, mohonlah itu di GBF, penyanyinya jangan terlalu seksi, di beri aturan biar lebih sopan pakaiannya!!”.
Tulisan itu diposting pada, Selasa 4 September 2018 itu sekitar pukul 21.56 WIB. Dengan isi tulisan yang cukup pedas, postingan itu telah direspon beragam oleh ratusan warganet.
Kebanyakan warganet menyayangkan aksi hiburan yang menjurus pornografi. Namun ada juga diantara mereka yang menanggapi dengan tak acuh.
Pantauan Panturapost.com juga melihat sekitar 4 penyanyi mengenakan baju dan rok yang ketat dan mini. Sementara para penonton tersebut diperkirakan yang masih merupakan kalangan pelajar.
Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Brebes, Muhammad Amir Maruf angkat bicara. Dia mengutuk keras pelaksanaan GBF yang menampilkan hiburan yang kurang sopan.
Baca juga:
“PDPM Brebes mengutuk keras pelaksanaan GBF yang menampilkan hiburan dengan mengumbar aurat. Ini mencederai makna GBF itu sendiri sebagai sarana menampilkan ciri khas warga Brebes selatan (Bumiayu),” jelas dia kepada Panturapost.com, Rabu 5 September 2018.
Menurut Maruf, dengan menampilkan tontonan seperti itu, sangat melukai warga Kabupaten Brebes wilayah selatan yang terkenal sebagai kota santri. Sehingga ia pun menganggap tontonan itu tidak pantas ditampilkan.
“Gelaran hiburan dangdut yang tidak pantas dan tidak memperhatikan etika dan norma Brebes Selatan sebagai kota santri,” tegas dia.
Menurutnya, panitia GBF seharusnya sudah dapat mengantisipasi dan memikirkan kualitas hiburan. Apalagi, kata dia hiburan itu ditonton oleh kalangan anak-anak. “Ini bentuk dari pornografi dan tidak mengindahkan kultur brebes selatan,” katanya.
Ia pun menuntut panitia GBF untuk meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Kabupaten Brebes wilayah selatan. Kemudian panitia harus berjanji untuk mengevaluasi seluruh program acara GBF.
“Jika tidak akan ada tindakan (tegas) konstitusional oleh kami, warga brebes selatan. Harus ada permintaan maaf maksimal 2×24 jam,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu pengurus Pondok Pesantren Al Hikmah 1 Benda, Kabupaten Brebes, Akomadhien Shofa. Pria yang akrab disapa Gus Akom ini menyesalkan adanya tontonan yang dianggapnya mengumbar aurat tersebut.
“Saya selaku pengasuh Ponpes Al Hikmah 1 Benda menyayangkan tontonan yang seronok,” katanya.
Dia menganggap dengan hiburan itu tidak mencerminkan masyarakat Brebes wilayah selatan yang dekat dengan kehidupan santri dan pondoknya.
“Sangat disayangkan, Bumiayu yang dikenal dengan keberadaan ponpes selama ini hilang. Tidak ada cerminan masyarakat yang relijius,” ucap dia.
Panitia Mengaku Teledor
Terpisah, Ketua Panitia GBF Imam Santoso ketika dimintai konfirmasi mengaku teledor karena tampilan tersebut lolos dari pantauan.
“Kami (panitia) mengaku teledor karena hiburan tersebut bisa tampil di GBF,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Ia mengklaim panitia sebenarnya sudah memiliki kriteria penyanyi dangdut agar tidak berpenampilan seronok. Meski tidak menyebut secara rinci, ia mengaku penyebabnya kecolongan soal penyeleksian saja.
“Dari keamanan dan panitia kan sudah memiliki peraturan tetap (protap) agar hiburan layak dan kondusif. Kami mengakui kecolongan di protap-nya,” terang dia. (Panturapost.id)
Reporter: Reza Abineri
Editor: Muhammad Irsyam Faiz
Discussion about this post