BERBAGAI ucapan disampaikan pada Hari Guru Nasional, 25 November kemarin, untuk menunjukkan penghargaan terhadap guru. Guru memang profesi mulia. Tapi perjuangan untuk menjadi guru yang PNS tidaklah ringan. Mereka yang masih menjadi guru honorer harus bekerja keras untuk hidup layak. Karena, honor yang didapat dari sekolah jauh dari cukup.
Seperti yang dilakoni Eko Waluyo Teguh. S.Sn (35), guru honorer SMP Negeri 5 Satu Atap Bumijawa yang berada di Dukah Sawangan Km 15 Desa Sigedong Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
Pria kelahiran Desa Sigedong 4 Febuari 1983 itu setiap pagi harus naik turun ke sekolah. Dari rumah naik motor dan menempuh perjalanan 5 Km. Ia mengajar di SMP itu sejak tahun 2009. “Alhamdulillah dengan gaji di bawah Rp 500.000. Saya ngajar seni budaya untuk kelas VII, VIII dan IX,” ujar Lulusan Institut Seni Indonesia (ISI ) Jogyakarta itu kepada panturapost.com, kemarin, saat disambangi rumahnya.
Di sela-sela membuat seni Kaligrafi, Eko menceritakan awal mula menjadi guru honorer. Setelah lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta, tahun 2009, ia pulang kampung di Dukuh Kopipotong RT 03 RW 05 Desa Batumirah Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
“Saya pulang kampung bertemu guru SD saya yang sudah menjadi kepala SMP Negeri 5 Satu Atap Bumijawa,” tutur dia.
Dari perjumpaan itu, Eko mendapat informasi bila di SMP itu belum ada guru seni budaya. Ia akhirnya mengabdikan diri untuk mengajar seni budaya. Selain untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang itu. Sekaligus berbagi ilmu kepada generasi muda di dunia pendidikan.
“Saya mengajar dari jam 07.00 pagi sampai 13.00 siang,” tutur dia.
DI SMP itu, ia mengajarkan berbagai seni. Seperti seni rupa, dengan praktek menggambar, membuat patung dari bahan sabu mandi, dan membatik. Pada pelajaran seni musik, praktek menyanyi dll. “Menjadi guru seni harus serba bisa,” ujar Eko.
Sepulang mengajar, Eko mengerjakan Seni Kayu Kaligrafi. Dari siang sampai malam. Berkarya di sebuah ruangan yang sederhana. Hasil karyanya ada yang dibeli oleh Bupati Tegal Enthus Susmono. “Karya seni ini saya jual lewat online. WA. Yang sering pesan, masih lingkungan Brebes dan Tegal. Untuk harga kaligrafi, dari Rp 50.000 sampai Rp. 3.000.000.”
Tidak hanya itu, untuk menambah penghasilan, Eko setiap minggu mengantarkan gas ke desa tetangga. “Sebagai sopir. Tugasnya ngaterin gas aja. Buat tambahan penghasilan,” ujar bapak dua anak itu.
Menurutnya, kalau hanya mengandalkan pendapat dari guru honorer, tentu saja tidak mungkin mampu mencukupi kebutuhan hidup. “Kita tak akan bisa menikah, mengurus anak dengan baik, bahkan membeli beras sekalipun.”
Karena itu, Eko berpesan, kalau sudah memutuskan untuk menjadi guru (honorer), tetaplah mencari penghasilan dengan usaha lain. Karena, tidak ada jaminan bisa jadi PNS. “Bergegaslah untuk berusaha! Karena kamu bukan hanya diwajibkan mendidik dan mengajar anak-anak bangsa, namun kamupun harus menghidupi dirimu dan juga keluargamu,” pesan Eko. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post