BREBES – Home industri garam di Kabupaten Brebes memastikan tidak melakukan pengoplosan dalam proses produksinya. Meskipun pengolahan garam hampir sebagian besar masih menggunakan alat tradisional.
Sejumlah produsen garam menyatakan menjaga kualitas. Seperti home industri garam konsumsi yang terletak di Desa Pesantunan Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Seorang produsen garam di desa itu, Ponco Eko Prasetyo mengatakan, maraknya garam oplosan memang kerap meresahkan para petani dan produsen garam skala kecil. Pasalnya, di tengah sulitnya menembus pasar akibat persaingan produk pabrikan, para produsen garam lokal Brebes justru dihantam isu garam oplosan.
“Ini jelas membawa dampak bagi produksi garam konsumsi sekelas home industri,” kata Eko Prasetyo, Senin (9/11/2020).
Ia pun memastikan, proses pengolahan garam di Kabupaten Brebes dilakukan dengan cara yang benar. Baik itu pengolahan garam untuk konsumsi maupun garam untuk industri. “Memang pengolahannya masih manual. Proses pengolahan garam pun ada beberapa tahapan,” jelasnya.
Poco menerangkan, tahapan pertama adalah garam yang baru dipanen petani dicuci kemudian ditiriskan. Garam kemudian dimasukkan ke dalam mesin oven dan dilanjutkan pada proses penggilingan agar garam menjadi lembut.
Proses ini, kata dja, masih lama dengan pengolahan garam untuk kebutuhan konsumsi.
“Untuk garam konsumsi, prosesnya digiling kembali dan dilanjutkan dengan proses pencetakan. Bahan untuk garam konsumesi hanya garam murni dengan Nacl 95 dan kandungan yodium. Kandungan lainnya seperti bahan kimia itu tidak boleh,” jelasnya.
Untuk mencegah adanya praktik pengoplosan garam, Ponco pun berharap agar dinas terkait untuk lebih sering melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lapangan dan melakukan uji laboratorium. Sehingga, bisa diketahui apakah garam produksi warga Brebes juga melalui pengoplosan dengan bahan berbahaya atau tidak.
“Ini saya baru dengar soal garam oplosan. Mudah-mudahan hanya isu. Sebab, itu yang kasihan konsumen kalau memang benar-benar ada. Harapan kami ya dinas terkait agak sering ke lapangan untuk melakukan uji sampel apakah layak atau tidak untuk dikonsumsi,” pungkasnya. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post