PEKALONGAN, Panturapost.com – Sejumlah perajin batik di Kota Pekalongan mengeluhkan sepinya penjualan batik pada tahun ini. Apalagi, akhir-akhir ini mereka dihantui oleh kenaikan bahan baku yang cukup tinggi.
Menurut Perajin Batik di Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, harga bahan baku seperti kain mori naik dari yang sebelumnya Rp 6.000 per yard (90 centimeter) naik menjadi Rp 7.500 per yard. “Saat ini, perajin batik menjerit. Penjualan batik lesu. Ongkos produksi dan penjualan nggak imbang,” kata Kholidin seperti dikutip dari situs resmi Pemerintah Kota Pekalongan, Pekalongankota.go.id, Rabu, 27 Juli 2016.
Selain itu, harga gondorukem saat ini juga naik, harga yang sebelumnya hanya Rp 17 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 25 ribu per kilogram. Untuk tetap bertahan di tengah melambungnya harga bahan baku produksi batik, kholidin memilih mengurangi produksi batik. Pengurangan produksi mencapai 50 persen. “Sebelum Ramadan, dalam sebulan kholidin bisa memproduksi kain batik sebanyak 100 kodi.”
Perajin batik lainnya, Nur Sihabudin (37), mengatakan di tengah melambungnya harga bahan baku produksi batik, dirinya terus melakukan berbagai cara agar tetap bertahan.
Menurut dia, sejak harga bahan baku produksi batik naik, dia mengurangi produksi batik hingga 50 persen lantaran permintaan batik menurun. Bahkan, pelanggan yang biasa mengambil kain batik di tempatnya kini juga mengurangi pesanan. “Sebelumnya, dalam sebulan memproduksi kain batik 400 kodi. Namun kini hanya memproduksi 200 kodi dalam sebulan,” katanya.
Tidak hanya mengurangi produksi, dia juga terpaksa mengurangi jumlah karyawan. “Karyawan saya kurangi separo. Kini tinggal 30 orang,” ujarnya.
Discussion about this post