PEKALONGAN, Panturapost.com – Bencana rob yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir di Kota Pekalongan membuat produksi batik terganggu. Sejumlah rumah produksi batik tak luput dari genangan rob.“Produksi lambat. Susah kerja. Tempat untuk ngecap, airnya selutut sehingga menganggu produksi. Selain itu, penjemuran juga susah,” kata Sihabudin.
Karena rob ini, pelaku usaha batik semakin terpukul. Sebab, akhir-akhir ini, penjualan batik sedang lesu. Kondisi ini juga diperparah dengan naiknya harga bahan baku.
Menurut Perajin Batik di Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, harga bahan baku seperti kain mori naik dari yang sebelumnya Rp 6.000 per yard (90 centimeter) naik menjadi Rp 7.500 per yard.
“Saat ini, perajin batik menjerit. Penjualan batik lesu. Ongkos produksi dan penjualan nggak imbang,” kata Kholidin seperti dikutip dari situs resmi Pemerintah Kota Pekalongan, Pekalongankota.go.id, Rabu, 27 Juli 2016.
Selain itu, harga gondorukem saat ini juga naik, harga yang sebelumnya hanya Rp 17 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 25 ribu per kilogram. Untuk tetap bertahan di tengah melambungnya harga bahan baku produksi batik, kholidin memilih mengurangi produksi batik. Pengurangan produksi mencapai 50 persen.
“Sebelum Ramadan, dalam sebulan kholidin bisa memproduksi kain batik sebanyak 100 kodi.” (Rhn)
Discussion about this post