TEGAL – Kopi Temanggung, Bowongso Wonosobo, Toraja dan Gayo Aceh saat ini sudah dikenal luas. Berbeda halnya kopi dari dataran tinggi lereng Gunung Slamet yang masih asing bagi masyarakat awam. Meski begitu, ada satu kedai kopi yang berani menyajikan bersama dengan kopi yang sudah dikenal tadi. Nama kedai itu adalah kedai kopi Gbugs Shelter yang berada di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
Di kedai yang berada di lereng Gunung Slamet ini, kopi yang disajikan yakni kopi Gunungsari, Kecamatan Pulosari Pemalang; kopi Bumijawa, Kabupaten Tegal. Kemudian dari Kabupaten Brebes ada Kopi Dawuhan, Kecamatan Sirampog; dan kopi Kaligua, Kecamatan Paguyangan.
Menurut Pemilik Kedai Gbugs Shelter, Syamsul Fauzan, konsep utama kedainya adalah menyatukan kopi asal lereng Gunung Slamet. “Pada dasarnya, konsep kedai kita sebagai tempat nongkrong di wilayah Guci yang menyediakan kopi-kopi lokal,” katanya.
Baginya, menyajikan kopi asal lereng Gunung Slamet sebagai upaya membumikannya. “Kopi- kopi dari luar kota sudah banyak, semisal dari Temanggung, Toraja. Dan di sini, lereng Gunung Slamet, banyak tanaman kopi yang rasanya tidak kalah dengan kopi dari daerah lain. Banyak kopi yang bagus,” ucapnya.
Dia beranggapan, potensi besar itu belum dimaksimalkan. Karena saat ini di beberapa daerah kopi lokal itu, masih dalam frase mengedukasi para petani.
Soal cita rasa, Kopi Gunungsari Pemalang (Gurilang) memiliki rasa yang cukup unik. Dimana ada pencampuran rasa kecut, pahit, dan harum menyatu menjadi satu. Sementara, kopi yang berasal dari lereng Gunung Slamet di Brebes, yakni kopi Dawuhan seperti gula aren dan Kaligua seperti salak.
Untuk jenis arabica, Kopi Dawuhan dan Kaligua karakter rasanya asam serta ada aroma rempah-rempah. Rasa serupa pun terdapat pada kopi Bumijawa Kabupaten Tegal.
Untuk penikmat kopi bungkus, ada baiknya menjajal kopi dari biji asli yang dibuat langsung para penyeduh kopi atau istilah trendinya disebut barista di Gbugs Shelter. Harga kopi yang sudah diseduh dari Rp 17.000 – Rp 20.000 percangkir.
Kedai kopi di dataran tinggi ini menyajikannya dengan suasana yang unik, jauh dari keramaian kota, dan dengan konsep kedai kopi alam yang bersahaja. Dari namanya, sudah tercermin kedai kopi ini seperti gubug dan selter. Bentuk bangunan utama yang digunakan untuk meracik kopi dan pengunjung kecil seperti gubug.Namun, bangunan utama ini berbentuk unik, dengan bentuk ruang segitiga. Interior bahan kayu mendominasi ruangan tersebut.
Pengunjung juga bisa menyesap segarnya kopi gunung di taman kedai kopi yang sudah dipasang kursi dan meja. Menikmati hangatnya kopi sambil melihat bintang di langit bisa dilakukan di sudut ini.
“Selain untuk tongkrongan sambil mencicipi kopi, kami juga menyediakan layanan Tourist Information Center (TIC). Wisatawan dapat menanyakan objek wisata di daerah pegunungan tinggi di Kabupaten Tegal itu,” jelasnya.
Selain Guci, kata dia, masih banyak objek wisata lain yang tak kalah indah. Misalnya wisata perbukitan, tubing di sungai, tracking ke hutan, mountain hiking dan kegiatan outdoor lain. “Mantap rasa kopinya. Cocok untuk suasana dingin sepert ini. Biarpun kopi lokal tapi rasanya tidak kalah dengan kopi – kopi lain. Berani diadu,” kata Septian (30) seorang pengunjung.
Yang lebih mantap lagi, kata dia, suasana kedai kopinya yang bikin betah berlama – lama untuk nongkrong bersama rekan – rekan dan ngobrol banyak hal. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post