DAYA Tarik Wisata (DTW) Guci Kabupaten Tegal terletak persis di bawah kaki Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah dengan ketinggian 3428 MDPL.
Wisata Guci ini terkenal dengan air panas alaminya. Ada beberapa mata air panas yang terdapat di wilayah Guci. Salah satunya pancuran 13 dan pancuran 5. Pancuran tersebut menjadi daya tarik sendiri bagi para pengunjung yang datang ke wisata Guci. Ada yang bilang, kalau berwisata ke Guci harus mandi di pancuran 13. Tetapi pengunjung di saat pandemi saat ini harus bersabar karena pancuran 13 masih ditutup.
Tim panturapost kali ini menyempatkan waktu untuk berbincang dengan salah satu pekerja pariwisata yang saat ini sudah pensiun. Dia adalah H. Dakot (63) asli warga Guci.
“Mata air yang ada di wilayah wisata Guci, dari bawah sampai atas itu, sekitaran 9 mata air. Salah satunya mata air pancuran 13 dan pancuran 5, itu setahu saya,” tuturnya pada panturapost saat ditemui di rumahnya, Minggu (16/1/2022).
Kata dia, nama pancuran 13 itu tercetus dari dulu. Kebetulan di atas pancuran itu ada sebuah gua yang memiliki mata air panas dengan jumlah 13. Makanya dibuatlah pancuran dan dinamakan pancuran 13.
“Dulu, sekitar tahun 1975/1976 itu awal mula dibangun pancuran 13. Kebetulan goa tersebut posisinya ada di atas pancuran. Pada saat itu masyarakat sekitar sini mandi di air panas di gua tersebut, makanya pada tahun tersebut dibikinlah pancuran dengan jumlah 13 sesuai mata air yang ada di gua,” terangnya.
Pusat keramaian Wisata Guci sampai sekarang itu, menurut dia, ada di pancuran 13 tersebut. “Pada awalnya, ada orang sini kena sakit gatal dan mandi di pancuran 13 sembuh, turun-temurun banyak yang mandi di situ, sembuh dari sakit. Makanya dari situ banyak orang yang tahu tentang khasiat air panas pancuran 13,” ungkapnya.
“Itu tradisi dari dulu mandi di pancuran 13, ada khasiatnya, yah mungkin sampai sekarang masih bisa buat pengobatan,” tambah dia.
Tak hanya itu saja, setiap tahun ada perbedaan hangat dan panasnya air pancuran 13. Biasanya setiap tahun, selama 7 bulan sekali air di pancuran 13 itu hangat dan 5 bulan pancuran 5 yang panas atau bergantian panasnya. “Itu kehendak Yang Maha Kuasa. Tapi, masyarakat sini merasakan perbedaan tersebut. Jatuhnya di bulan apa itu tidak tentu. Kadang mandi di pancuran 13 hangat dan kadang mandi pancuran 5 lebih panas. Walaupun dua pancuran itu beda mata air,” kata dia.
Mengenai tradisi ruwat bumi atau ritual yang setiap tahun dilaksanakan di wisata Guci, menurutnya, sudah dilakukan dari zaman dulu, sebelum dilakukan pemerintah daerah. “Dulu saat melakukan ruwat bumi itu menggunakan ayam cemani. Kalau kata orang jaman dulu, kalau tidak bisa beli ayam cemani yah pake telurnya saja. Itu tidak apa apa. Kalau sekarang semakin ramai dan semakin meningkat masyarakatnya, ruwat bumi dengan potong kambing kendit. Sebelum kambing kenditnya dipotong, kambing dimandikan dulu di pancuran 13.” (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post