TEGAL – Para pecinta keris atau Tosan Aji yang tergabung dalam Paguyuban Keris Tegal menggelar pameran dan bursa keris di Gedung Co-Working Space Taman Rakyat Slawi. Pameran yang digelar sejak Sabtu (22/8) hingga Minggu (23/8) ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan budaya nusantara.
Selama ini, sebagian besar masyarakat masih memandang keris identik dengan hal-hal yang berbau klenik mistis. Adanya pandangan seperti itu menjadikan masyarakat enggan untuk memiliki. Apalagi mengoleksi senjata khas Jawa tersebut.
Ketua Panitia Pameran Keris, Agus Dwi Cahyono, mengatakan bahwa bagi para pecintanya, keris merupakan warisan adiluhung leluhur yang memiliki nilai karya seni tinggi dan harus dijaga.
“Tidak hanya di nusantara. Bahkan keris sudah diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia. Tentunya, kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikannya,” kata dia.
Dengan adanya kegiatan ini, lanjut agus, diharapkan mampu melestarikan keris sebagai salah satu budaya nusantara. Pada pameran pertama ini sengaja mengambil tema bertema “Menjadikan Keris Membumi di Tlatah Tegal”. Kegiatan ini pun dihadiri paguyuban penggemar Tosan Aji dari berbagai kota. Antara lain Pekalongan, Banyumas, Batang Purwodadi, Pati, Purbalingga dan Cirebon.
“Alhamdulillah untuk kegiatan pertama di hari ulang tahun pertama Paguyuban Keris Tegal, dihadiri para pecinta keris dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat,” ujarnya.
Menurut Agus, keris bukanlah benda syirik. Pasalnya, syirik tidaknya keris tergantung bagaimana seseorang memandangnya. Justru dengan digelarnya pameran dan bursa keris ini, akan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa keris merupakan sebuah karya seni warisan nenek moyang yang harus dilestarikan oleh generasi penerus bangsa.
Keris merupakan sebuah karya seni adiluhung karena dibuat dengan sangat detail, teliti dan indah. Padahal, pada jaman dulu para empu hanya menggunakan peralatan manual untuk membuat satu bilah keris.
“Ini adalah karya seni, dimana leluhur kita membuat sebilah keris begitu detail. Yang mana dulu belum ada peralatan modern,” ungkapnya.
Salah seorang peserta pameran, Supriyanto (40)menuturkan bahwa ia menyukai keris karena keris dari sisi estetika memiliki nilai sejarah tinggi. Ditanya soal berapa standar harga keris, Supriyanto, menjawab tergantung. “Keris tidak memiliki patokan harga yang pasti. Selain memiliki nilai seni, keris juga bisa mendatangkan keuntungan, ada nilai ekonominya. Sehingga memicu munculnya empu empu,” akunya. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post