
BENCANA alam yang menimpa Palu membuat cemas Sohibi, warga RT 02 RW 03 Desa Harjawinangun Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. Bagaimana tidak, anak pertamanya, Muhamad Andi Siswanto, berada di Palu saat bencana gempa dan tsunami terjadi.
Kepada panturapost.com, Rabu (3/10/2018) pagi, Sohibi menceritakan, awalnya ia tidak tahu anaknya berada di Palu. Karena, Andi tidak cerita kalau sedang di Palu.
“Jumat habis isya, sekitar jam 20.00 WIB, adik saya telp. Menanyakan kabar Andi. Ternyata Andi sedang di Palu. Sebelumnya saya habis telepon Andi. Andi ga bilang pergi ke Palu,” tutur Sohibi.
Andi sudah lama bekerja di Cikarang/Bekasi. Kerja di bidang water treatment. Sebelum ke Palu, Andi ke Pontianak selama dua minggu. Setelah habis dari Pontianak, rupanya Andi ditugaskan ke Palu.
Sekitar pukul 23.00, saat Sohibi sedang menunggu kabar dan duduk di depan rumah sama tetangganya, lanjut Sohibi, tiba-tiba HP di gegamannya berdering. Andi menelepon. Namun percakapan telepon berjalan singkat. Karena HP Andi mati.
“Allhamdulillah, Andi selamat. Tapi ada di gunung,” ujar Sohibi.
Kabar yang singkat itu tetap membuat gelisah Sohibi, istrinya, Saeruroh dan tiga saudara Andi. Tak berapa lama, Sobihi mendapat kabar lagi. Ponakannya dapat SMS dari Andi. SMS singkat, “Mohon untuk saudara saya yang di rumah, doakan saya yah agar selamat dan sehat selalu sampe rumah.”
Sohibi dan keluarga terus berdoa untuk keselamatan Andi. Pada Senin (1/10), Andi menelpon bapaknya, Sohibi. Andi sehat dan selamat dan akan pulang ke Jakarta dengan pesawat. Air mata bahagia pun menetes dari mata Sohibi.
Saat panturapost.com menghubungi Andi via handphone bisa tersambung. Andi tiba di Jakarta pada Selasa (2/10) malam.
Andi menceritakan, perjalanan dari Jakarta, ia sampai di Palu sekitar Kamis (27/9) malam, sekitar pukul 22.00. Besok paginya, Jumat (28/9), Andi ke lokasi kerja. Di KFC Grand Mall Palu. Habis solat Jumat, ke lokasi kerja lagi. “Sekitar jam 2 siang, sudah ada gempa. Tapi kecil.”
Pukul 15.00, Andi keluar dari KFC Grand Mall Palu. Kemudian cari penginapan. Pada saat itu, sekitar pukul 17.00, ada gempa kecil lagi. “Puncak gempa besar pas adzan maghrib,” ujarnya.
Begitu gempa berhenti Andi langsung masuk ke penginapan mengambil barang/baju yang ada di tasnya. Kemudian keluar penginapan. Andi bingung mau kemana. Akhirnya Andi nekad stop mobil yang lewat. Ternyata sang sopir bukan orang palu/orang donggala. Sopir itu sedang cari tempat aman. Menjauh dari laut. Ia ikut dengan mobil itu.
“Kurang lebih 2 jam kemudian, ada gempa susulan. Besar. Mungkin bareng tsunami.”
Sekitar pukul 21.00, Andi coba cari jalan ke arah Donggala. Namun jalannya rusak. Andi berempat dengan warga lain naik gunung. Setelah sampai di gunung, ternyata banyak orang. Hampir ribuan orang.
Sabtu (1/10) siang, Andi nekad cari jalan ke arah Donggala. Sebelum ke sana, Andi mampir ke rumah orang tua yang menolongnya. Di daerah Buluri (Palu). Ternyata rumah orang yang menolong Andi sudah rata tanah. Akhirnya Andi ke rumah ibu orang yang menolong Andi.
“Alhamdillah rumah ibunya aman. Andi makan dan istrahat di situ.”
Di Buluri, setiap malam naik gunung. Takut tsunami susulan. Listrik pun mati total. Tidak ada penerang di malam hari. Yang ada suara ketakutan dan tiupan anggin. “Saya berusaha menghubingi keluarga biar ga cemas. Sebisa saya. Setiap HP saya cas, saya langsung kabarin keluarga. HP dicas di mobil. Itu pun cuman beberapa menit. Karena bergantian ngecasnya. HP bikin senang karena bisa kasih kabar pada keluarga,” ujar Andi.
Pada hari Senin (3/10) pagi, Andi di telepon bosnya. Suruh cek ada tidak bus yang menuju ke Makasar. Pukul 11.00, Andi diantar orang yang menolong, dari gunung ke Donggala kota. “Dari Donggala alhamdulillah ada bus ke makasar. Jam 1 siang naik bus. Sampe Makasar, Selasa siang pukul 11.00.”
Dari Makasar, Andi bisa terbang ke Jakarta menggunakan pesawat, pukul 16.00. “Tadi malam baru sampe Jakarta jam 6 lewat,” ujar Andi via handphone.
Saat berita ini diturunkan, Andi dalam perjalanan pulang ke Desa Harjawinangun RT 02 RW 03 Kecamatan Balapulang. Orang tua dan saudaranya sudah menunggu di rumah. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post