TEGAL, Panturapost – Deretan sepatu kulit dengan berbagai model dan warna berjejer di dalam dua rak besar. Sejumlah orang sibuk memilih. Suasana seperti ini bukan berada di sebuah toko atau mall, tapi di sebuah rumah yang berada di gang sempit di DesaPepedan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Di ruangan berukuran sekitar 5×15 meter inilah, Nawawi, 58 tahun, menjual hasil produksinya. “Sebentar lagi mau buka di depan (pinggir jalan jalur Tegal-Purwokerto),” kata dia.
Selama 35 tahun, Nawawi merintis usaha ini. Dia meneruskan usaha sang ayah yang merupakan seorang petani, tapi nyambi bikin sepatu kulit. Awalnya, pada 1980, dengan modal Rp 500 ribu, dia hanya produksi 20 pasang sepatu perhari. Merek dagang yang dia pakai saat itu adalah Glamour. Namun saat hendak mematenkan merek itu, ternyata tidak bisa. Nama Glamour sudah dipakai oleh sebuah majalah di Italia. Pada 2000 dia lalu menggantinya dengan nama Prohana. Yakni akronim dari Produk Haji Nawawi. Sekarang dia sudah bisa memproduksi 100 pasang per hari.
Meski produk sepatu kulit imitasi membanjiri pasar, Nawawi mengaku tak tertarik sedikit pun untuk mengikuti arus. Dia memilih tetap bertahan dengan produk sepatu dari kulit sapi. Alasannya, dia ingin tetap menjaga kualitas produknya. Karena kulit sapi lebih kuat dan tahan lama. “Kalau imitasi, itu ada kadarluarsanya. Kalau sudah expired, kulit sepatu akan timbul seperti jamur, dan mengelupas,” ujarnya. Dia menambahkan, kulit yang asli tidak akan rusak jika disulut rokok yang menyala. Tapi jika kulit imitasi maka bisa terbakar.
Di dalam rumah yang berada di sebelah showroomnya itu, Nawawi menunjukkan beberapa lembar bahan yang diklaimnya sebagai kulit sapi asli. “Ini kalau dari sananya memang begini, potongannya tidak rata (simetris). Di sampingnya tampak bergelombang, ini karena tetelannya (potongannya),” ujarnya. Dia membeli bahan itu dari seseorang di Bandung, Jawa Barat. Harganya berkisar antara Rp 400 ribu – Rp 500 ribu. Tergantung ukurannya.
Kendati tetap bertahan dengan bahan baku kulit asli, dia tak pernah kekurangan order. Maklum, dia bisa dibilang satu-satunya produsen sepatu kulit di Tegal yang menerima partai besar. “Semua instansi dari sekolah sampai dinas, pesan sepatunya ke saya,” katanya. Satu pasang sepatu dia jual seharga Rp 110 ribu hingga Rp 500 ribu rupiah. (Rhn)
Sumber: Koran Tempo
Discussion about this post