MENYATAKAN puisi-puisi Afrizal Malna sebagai puisi gelap adalah bodoh dan dungu. Penyair Eko Tunas mengatakan hal itu pada acara “Sarasehan Budaya dan Gelar Sastra Merayakan Puisi Afrizal Malna”, yang digelar Dewan Kesenian Tegal (DKT) pada Sabtu (16/9/2023) di Sekreatariat DKT Jl. Kolonel Sugiono No. 19 kompleks PPIB Kota Tegal pukul 15.30 WIB.
Sarasehan tersebut mengundang penyair nasional Afrizal Malna dengan narasumber Eko Tunas.
“Penyair bikin puisi juga bukan memikirkan hal-ihwal keindahan, sama sekali tidak. Bukan perihal itu yang dipikirkan seorang penyair saat menulis puisi,” katanya.
Ditambahkan, penyair adalah juga manusia biasa sebagaimana orang-orang lain yang ada dalam keseharian hidupnya. “Seperti seorang tukang kayu yang membuat kursi dari kayu, membuat meja dari kayu, membuat almari dari kayu, membuat pintu dari kayu, membuat jendela dari kayu, dan membuat segala apapun dari kayu, demikian halnya seorang penyair dalam membikin puisi-puisinya,” tegas Eko Tunas seraya menambahkan, untuk memahami atau menafsirkan puisi-puisi Afrizal Malna tak perlu teori-teori atau kajian-kajian akademis sebagai pisau analisisnya.
Selain sarasehan, acara dimeriahkan pembacaan puisi oleh Ida Fitri, Zachira Indah, dan Angin Utara. Acara sarasehan dipandu Andi Kustomo. Hadir juga Ketua DKT Yono Daryono, penyair Tegalan Sunaryo Karman, Noer Sidik, Iwang Nirwana, Riani Pemulung, dan masih banyak lagi.
Sekadar diketahui, Afrizal Malna lahir 7 Juni 1957 adalah penyair yang cukup terpandang. Namanya dikenal secara luas melalui karya puisinya lebih mengangkat tema dunia modern dan kehidupan urban, serta objek material dari lingkungan yang hiruk-pikuk, kacau balau, dan semrawut, seperti tercermin dalam judul-judul puisinya, yakni: Antropologi Kaleng-Kaleng Coca Cola, Fanta Merah untuk Dewa-Dewa, Migrasi di Kamar Mandi, Pelajaran Bahasa Inggris Tentang Berat Badan. Sedangkan buku puisi yang ia terbitkan di antara: Yang Berdiam Dalam Mikrofon, Dalam Rahim Ibu Tak Ada Anjing, Arsitektur Hujan, Museum Penghancur Dokumen, Berlin Proposal, Pada Bantal Berasap, Abad Yang Berlari, dan lain sebagainya. (*)
Editor: Muhammad Abduh
Discussion about this post