JAKARTA – Penulis Buku Matematika Detik, Ahmad Thoha Faz menjadi pembicara Sararehan Literasi Sekolah #06 yang digelar Kemendikbud di Jakarta Pusat, Sabtu (6/4) lalu. Pria yang telah mundur dari PNS Kabupaten Tegal itu memaparkan tentang persoalan pembelajaran matematika.
“Dalam garis besar, masalah pembelajaran matematika dibagi menjadi dua masalah besar. Pertama, bagi mereka yang mendapat nilai di bawah 7, matematika itu susah. Kedua, bagi mereka yang mendapat nilai di atas 7, matematika seringkali merusak kreativitas,” ujar Ahmad Thoha Faz.
Solusi pada masalah pertama, lanjut dia, faktanya seringkali berupa drilling soal dan hafalan rumus. Masalah pertama tampaknya terselesaikan padahal sesungguhnya semakin parah.
“Siswa mendapat nilai bagus, tapi tidak paham apa-apa,” kata dia.
Pada masalah kedua, menurut Thoha, ada kelatahan bahwa solusinya adalah pembelajaran yang berfokus pada HOT (high order thinking). Tanpa pemahaman pada kodrat berpikir manusia, solusi demikian justru akan memperparah masalah pertama. Masalah kedua pun semakin parah, sebab keunggulan manusia kreatif bukan pada kecakapan berpikir logis-matematis.
Lalu bagaimana? Di hadapan sekitar 100 peserta, lulusan Teknik Industri ITB itu mengingatkan Albert Einstein ketika mengatakan bahwa “imagination is more important than knowledge” dan “education is not learning the facts, but training the the mind to think.”
Sepakat, tapi detail-operasionalnya bagaimana? Hal tersebut menjadi diskusi menarik dalam sarasehan tersebut. (*)
Reporter/Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post