BREBES – Sejumlah warga Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, hilang kontak. Mereka diduga menjadi korban human trafficking atau perdagangan manusia. Sebab, sejak keberangkatan para tenaga kerja wanita (TKW) tersebut ke Malaysia dua tahun lalu, pihak keluarga hingga kini belum bisa menghubungi mereka.
Berdasarkan catatan di Kantor Pemerintah Desa Kluwut, ada lima Sampai enam orang di desanya yang dilaporkan hilang. Sekretaris Desa Kluwut, Teguh Nuryanto, mengatakan para TKW tersebut berangkat ke Malaysia lantaran diajak oleh calo tenaga kerja, yang juga warga desa setempat bernama Alam.
“Menurut informasi ada beberapa waga kami yang didirekrut oleh calo bernama Alam. Tapi Perusahaan penyalurnya tidak jelas. Keluarga para TKI tersebut juga tidak melapor ke kami (Desa). Ada lima sampai enam orang yang melapor ke kami,” kata dia. Teguh mengaku tidak hapal nama-nama keenam orang tersebut.
Sabtu, 27 Agustus 2016, lanjut dia, salah seorang TKW asal desa tersebut yakni Wasri, 31 tahun, pulang ke kampung halaman dalam kondisi sudah meninggal. Menurut Teguh, dia juga diduga menjadi korban perdagangan manusia. Sebab, keluarga juga tidak kesulitan menghubungi Wasri selama dua tahun di Malaysia. “Wasri itu anak dari Karso. Dia meninggal Jumat lalu di Johor Baru Malaysia, Jumat, 26 Agustus 2016. Saat jenazahnya tiba di Brebes, Alam selaku orang yang dulu memberangkatkan Wasri tidak ikut mendampingi,” ujar dia.
Menurut kerabat Wasri, Tarlan, 31 tahun, orang yang bernama Alam itu memang sudah lama beroperasi sebagai penyalur tenaga kerja. Dia kerap memberangkatkan warga Desa Kluwut ke luar negeri. “Jadi Alam itu memang sering mengajak warga bekerja ke luar negeri. Tapi dia tidak melalui perusahaan, tapi melalui perorangan. Ada orang yang sudah menampung para calon TKI ini di Malaysia,” ujar dia.
Kepulangan Jenazah Wasri ke Desa Kluwut ini membuat warga yang nasib keluarganya mirip dengan Wasri mengadukan ke kantor desa. Mereka juga mengaku kehilangan kontak dengan anggota keluarganya dua tahun terakhir ini. Menurut Ropiah, 60 tahun, keponakannya ikut berangkat ke Malaysia melalui Alam. “Anaknya namanya Ratna, dia anak dari saudara saya, Surwi. Bu Surwi sekarang sendirian, dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia menjadi pengemis,” ujar dia.
Menurut Ropiah, Ratna pergi ke Malaysia sekitar dua setengah tahun yang lalu. Hingga kini, keberadaannya belum diketahui oleh keluarga. “Dulu anak anak itu jadi pembantu di Jakarta gajinya Rp 1,2 juta, terus diperintah ibunya bekerja ke Malaysia,” ujar dia.
Sumber: Koran Tempo
Discussion about this post