TEGAL – Menjelang Hari Raya Idul Adha, penjualan hewan kurban seperti kambing sudah pasti laris manis. Banyak warga yang membeli hewan untuk menjalankan perintah agama. Saat momentum inilah, banyak penjual kambing meraup berkah.
Seperti yang dirasakan Alwi, salah seorang penjual yang juga peternak kambing di Desa Kademangaran, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Pria 39 tahun itu mengaku akhir-akhir ini sedang kewalahan melayani pembeli. Dia kebanjiran order. Banyak warga yang memesan kambing kepadanya untuk berkurban.
“Ya kalau menjelang Idul Adha memang seperti itu. Kita lumayan banyak order,” ungkapnya kepada PanturaPost, Selasa (16/7).
Alwi dan kakaknya, Fatah, mewarisi usaha ayah mereka yang sudah dulu menggeluti jual beli kambing. Dua kakak beradik itu malang melintang di dunia ternak dan jual-beli kambing sejak 20 tahun lalu.
Dia bersama kakaknya, harus berbagi tugas mengurusi ratusan kambing yang ditempatkan di tiga kandang. Satu kandang di belakang rumah. Sedangkan 2 kandang lainnya berada di sebuah kebun yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumahnya.
“Kandang yang di belakang rumah itu peninggalan bapak. Sedangkan 2 kandang di kebun itu ada saat kami yang mengelola,” ungkap Fatah.

Dari mulai mencari rumput, memberi makan, hingga menjaga kambing, mereka lakukan bergiliran. Bahkan, menjelang Lebaran Idul Adha, mereka harus bergantian tidur di kandang untuk menjaga kambing.
Biasanya mereka tidur di kandang yang berada di kebun. Karena jauh dari permukiman, mereka khawatir terjadi apa-apa terhadap kambing-kambingnya. Di sana, di sudut kandang bagian atas berukuran sekitar 10×3 meter, ada kasur dan selimut untuk tidur. Sempit memang, tapi cukup untuk tidur satu orang.
“Kami sering tidur di kandang. Karena kalau malam kan kita enggak tahu. Bisa saja kambing berantem, ngamuk-ngamuk. Kalau tidak dijaga nanti malah repot. Termasuk kalau ada orang yang iseng kita tidak tahu,” katanya.
Risiko digigit nyamuk dan bau tak sedap dari kotoran kambing itu sudah pasti dialami. Tapi, mereka tetap menjalani demi memastikan kambing-kambingnya baik-baik saja. “Bukan apa-apa, karena kambing-kambing ini juga bukan semua punya kami. Kadang ada yang sudah dibeli atau titipan orang. Jadi itu amanah bagi kami untuk menjaganya,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, saat musim lebaran Idul Adha, dia bisa melayani lebih dari 150 ekor kambing dalam sebulan. Jumlah itu meningkat tajam dibanding hari-hari biasa yang hanya menjual di bawah 50 ekor per bulan.
Bahkan, beberapa tahun sebelumnya, dia bisa melayani lebih banyak. Saat itu, dia menyuplai kambing-kambing ke pedagang dadakan di pinggir jalan sepekan sebelum lebaran tiba.
“Sekarang sudah enggak. Karena meskipun habis banyak, tapi kualitas kambingnya jadi menyusut. Kadang ada orang yang enggak mengerti kambing tapi tiba-tiba jualan kambing. Salah perawatan akhirnya jadi kurus,” kata Alwi.
Alwi dan Fatah mamatok harga variatif terhadap kambing-kambingnya. Tergantung ukuran dan kualitas. “Kalau yang kecil Rp 1,5 juta ada, kambing betina. Yang besar kambing jantan bisa ada yang sampai Rp 5,5 juta. Rata-rata Rp 2,5 sampai 3 juta,” pungkasnya. (Irsyam Faiz)
Discussion about this post