TEGAL – Tradisi Ruwat Bumi yang digelar rutin di Objek Wisata Guci Kabupaten Tegal tahun ini digelar sederhana, Sabtu (22/8/2020). Hal itu lantaran saat ini masih massa pandemi COVID-19. Panitia menerapkan protokol kesehatan dan mencegah terjadinya kerumunan massa.
Pantuan dari PanturaPost di lokasi, berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini tidak ada kirab. Namun, acara inti tetap ada. Seperti memandikan kambing kendit atau kambing hitam, dan membagikan tumpeng serta hasil bumi para petani.
Terlihat para pelaksana kegiatan dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dinparpora) Kabupaten Tegal mengenakan baju adat Tegalan. Mereka juga tampak membawa bunga. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Guci, Achmad Abdul Khasib, mengatakan, rangkaian acara Ruwat Bumi itu dilaksanakan sejak Jumat kemarin. Kegiatan diawali dengan acara istigosah.
“Kemudian tadi pagi kita melaksanakan ritual pemandian kambing kendit di dukuh pekadangan. Lalu penaburan bunga di Pancuran 13, dilanjutkan makan tumpeng bersama, dan membagikan hasil bumi kepada warga dan para pengujung,” kata Khasib.
Dia mengungkapkan, ruwat bumi yang digelar setiap bulan Suro itu adalah budaya lokal. Selagi itu tidak melanggar pinsip-prinsip keagamaan, maka perlu dilestarikan.
“Prinsipnya adalah pertama sebagai wujud rasa syukur kita kepada yang Maha Kuasa. Kedua sebagai ajang silaturahmi warga, pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh adat. Kemudian sebagai media untuk berzikir kepada Tuhan yang Maha Esa dengan cara doa bersama,” jelas dia.
Ruwat bumi di tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Kata Khasib, tahun ini acaranya digelar sederhana dan menerapkan protokol kesehatan.
“Kalau dulu itu ada kirab dan sekarang tidak ada. Kalau kirab itu sebagai selingan saja di acara ruwat bumi,” katanya. (*)
Editor: Irsyam Faiz
Discussion about this post