BREBES – Bermodalkan semangat untuk mencerdaskan anak-anak sekitar, seorang guru asal Desa Taraban, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes merintis sebuah rumah baca. Adalah Nisa Khaeroningtyas, Guru dari Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) 1 Bumiayu ini, menyediakan sekitar 100 buku untuk dibaca oleh anak-anak sekitar.
Bersama suaminya, rumah baca tersebut diberi nama Rumah Literasi Arsa. Berada di RT 6 RW 8 Dukuh Lo, Desa Taraban, Kecamatan Paguyangan.
Beberapa buku terpajang di rak dalam rumahnya. Buku anak yang dilengkapi visual gambar, jadi yang mendominasi koleksi rumah baca tersebut. Koleksi lainnya adalah buku pelajaran. Ada juga koleksi buku rohani.
Rumah Baca Arsa buka setiap hari. Praktis rumah tersebut tiap harinya seperti kelas sekolah. Riuh. Ramai. Setiap Jumat, ada mahasiswa dari Universitas Peradaban Bumiayu (UPB) yang sukarela mengajar di Rumah Baca Arsa. Materinya pun beragam, tidak melulu tentang pelajaran di sekolah.
Tempat baca tersebut memang diperuntukkan untuk anak-anak sekolah dasar. Bayu Reza Saputra, 8 tahun misalnya. Siswa kelas 3 sekolah dasar tersebut mengaku gemar datang untuk sekedar membaca.
“Seneng karena bukunya bagus. Gambar-gambarnya keren,” ujar dia.
Reza mengaku sering membaca koleksi buku. Apalagi beberapa buku tersebut memiliki seri. Ada juga Firli siswi sekolah dasar sekitar rumah baca. Sudah beberapa buku yang ia ‘habiskan’. Hingga terkadang langit sudah terlihat gelap. “Kadang lupa sudah malam. Bagus dan masih rapi buku-bukunya sih,” kata dia.
Kepada Panturapost.com, Nisa menceritakan motivasi untuk membuat rumah baca rintisan tersebut, untuk mengajak anak-anak sekitar agar gemar membaca. “Agar anak-anak sini suka membaca. Memberikan wawasan yang luas kepada anak sekitar,” katanya.
Ia mengungkapkan, dengan wawasan dan ilmu yang luas, dapat menjadi pijar anak-anak ketika sudah dewasa.”Dengan slogan Membaca Membuat Kita Tahu Segalanya. Dengan ilmu dari buku dapat menjadi pijar kehidupan. Buku adalah jendela dunia,” ujar dia.
Hatinya tergerak untuk membuka rumah baca tersebut, lantaran ingin membuat budaya literasi di rumah sekitar. “Berbuat baik dimulai kepada orang terdekat. Apa yang kita mampu, maka lakukanlah,” sambungnya.
Rumah baca tersebut juga sebagai timbal balik akan beasiswa saat menempuh strata dua-nya.”Karena tergerak ingin membalas budi kepada masyarakat. Lewat mereka alhamdulillah, mendapat beasiswa dari pemerintah,” kata alumni UPI Bandung tersebut.
Baginya, perpustakaan ini menjadi ladang berkah. Akan menjadi amal yang terus bertambah saat anak-anak tersebut menjadi dewasa. Ia pun sepenuhnya menggratiskan biaya, kepada anak-anak yang ingin membaca buku koleksinya.
Menurutnya, budaya literasi Indonesia di kalangan anak-anak masih rendah. Masih kalah dengan negara Asia lainnya. “Ada hasil penelitian internasional, minat baca di kalangan anak-anak Indonesia posisi bawah. Masih kalah dengan negara Asia seperti Kazhakstan dan lainnya,” terangnya.
Penyebab rendahnya minat baca, terpengaruh dengan pola pendidikan saat di sekolah. “Anak-anak hanya diminta menghafal materi pelajaran, tanpa diberi waktu lebih untuk membaca seluruh materi,” tuturnya.
Kedepan ia sedang merintis rumah bacanya seperti kelas interaktif. Tujuannya untuk melatih daya kreatif anak-anak. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post