BREBES – Memanfaatkan momentum Agustusan, saat ini sudah bermunculan penjual bendera musiman. Kebanyakan mereka berjualan di pinggir jalan yang ramai dilalui pengendara.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana omzet penjualan terbilang bagus, untuk tahun ini dirasakan sepi, bahkan omset menurun. Hal ini karena dampak dari pandemi corona. Di antaranya yakni banyak pembeli yang menawar dengan harga yang jauh dari standar.
Salah satunya dialami oleh Nurkholis (34) yang mengakui dampak corona sangat terasa. Pembeli yang biasanya tidak rewel dengan harga yang ditawarkan, saat ini menawarnya hingga di bawah harga distributor.
“Contohnya bendera background kita kasih harga Rp 250.000 itu harga sama kaya tahun kemarin, tapi pembeli nawanya Rp150.000, itu harga kulaknya saja nggak segitu, jadi tidak saya lepas,” jelas Nurkholis saat ditemui di lapaknya yang berada di Jalan Veteran, Brebes (3/8).
Bendera background merupakan ornamen yang biasanya dipasang di atap bagian depan rumah ataupun kantor. Panjangnya 8 meter dengan disain kain yang bergelombang disertai gambar garuda dan hiasan pita.
Selain itu tersedia juga bendera merah putih mulai dari yang kecil, sedang sampai yang besar dengan harga mulai Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu rupiah. Selain bendera, ada juga umbul-umbul. Bendera dengan kombinasi warna menyolok ini biasanya terdiri dari beberapa potong kain berbentuk segi tiga yang dirangkai sepanjang 3 meter. Penjual biasanya mematok harga Rp 25 ribu.
Ornamen lainnya bernama bandir. Jenis ini sering kali disebut umbul-umbul, meskipun banyak perbedaannya. Jika umbul-umbul mengandalkan warna yang beragam, bandir hanya berwarna merah putih dengan posisi atas bawah sepanjang 4 meter. Terdapat juga gambar garuda dan sukarno, atau pahlawan lainnya. Bandir dibanderol Rp 60 ribu.
Ada juga bendera layur yang biasanya dipasang di gapura atau pintu masuk. Jenis ini mempunyai panjang 5 meter dengan warna merah putih berdampingan menjulang ke atas. Lebarnya semakin mengecil ke atas Biasanya digunakan bambu yang melengkung pada bagian atasnya.
Untuk tahun ini, Nurkholis juga mengalami penurunan omzet. Biasanya, masuk bulan Agustus dirinya sudah menjual hingga 10 kodi bendera dan ornamen lainnya. Namun saat ini baru terjual 1 kodi saja.
“Itu 1 kodi beberapa jenis. Sangat menurun drastis,” kata Nurkholis.
Salah satu penyebab lainnya dijelaskan karena keterlambatan pengiriman. Hal ini membuat Nurkholis baru menggelar dagangannya mulai 29 Juli kemarin. Padahal di tahun tahun sebelumnya, tanggal 25 Juli sudah mulai jualan.
“Saya kan ini barang (bendera) dapat kiriman dari konveksi di Garut, nah karena corona, pengiriman bendera dari produsen ini mengalami keterlambatan. Jadi saya baru buka kemarin 29 Juli,” pungkas Nurkholis. (*)
Editor: Irsyam Faiz
Discussion about this post