BREBES – Penyebab kematian seorang bocah perempuan bernama SA, 13 tahun, warga Desa Pesanatunan, Kecamatan Wanasari, mulai terkuak. Berdasarkan hasil autopsi tim dokter forensik Polda Jawa Tengah, korban meninggal dunia lantaran penyakit lama yang dideritanya yakni, paru-paru (TBC) akut.
Tim dokter forensik melakukan autopsi pada Minggu (17/3) lalu di kamar jenasah RSUD Brebes. KBO Reskrim Polres Brebes Iptu Triyatno mengatakan, meski hasil autopsi menunjukan SA meninggal dunia lantaran penyakit paru-paru, namun, secara fisik tim dokter forensik juga menemukan sejumlah luka memar di beberapa bagian tubuh korban.
“Hasil keterangan tim dokter forensik terkait autopsi penyebab meninggalnya korban (SA) karena penyakit yang dialaminya sudah cukup lama. Untuk luka fisiknya, ada luka lebam dibeberapa bagian tubuh korban,” ucap Triyatno, Selasa 19 Maret 2019.

Adapun penyebab luka memar tersebut diduga ada kaitanya dengan perlakuan ayah kandungnya. Sebab, ada vidio beredar tentang pengakuan korban beberapa hari sebelum meninggal dunia, jika dia dianiaya ayahnya.
Triyatno menjelaskan, sejumlah luka memar ditubuh korban di antaranya, pada bagian tungkai siku kanan dan kiri, serta lecet dibagian kepala. Meski begitu luka-luka itu, bukanlah penyebab kematian korban. “Sampai saat ini kita masih melakukan penyelidikan dan pendalaman lebih lanjut,” pungkasnya.
Sebelum meninggal dunia, kondisi tubuh SA memang sangat memprihatinkan. Bocah perempuan itu tampak kurus. Badan, kedua kaki, dan kedua tanganya seperti hanya menyisakan tulang dibalut kulitnya. Saat dirawat di RSUD Brebes, kondisi tubuhnya sudah lemah. SA hanya berbaring lemas, dengan terbata-bata sesekali dirinya menuturkan apa yang sedang dialaminya.
Ibu SA, Sri Mulyani, meyakini bahwa anak perempuannya menjadi korban penganiayaan oleh ayahnya sendiri. Pasalnya, sebelum meninggal, SA sempat bercerita kalau dia dianiaya oleh ayahnya sendiri.
“Dia cerita ke saya ‘mamah saya dibanting, dipukul dan ditampar sama ayah’, dia bilang gitu. Ada rekamannya waktu di rumah sakit,” jelas Sri.
Sri berharap, pihak penegak hukum bisa mengusut tuntas kasus ini. Agar, penyebab kematian anaknya bisa terungkap.
Sementara itu, ayahnya, Insan Nurullah, membantah telah menganiaya SA. Dia menyatakan tak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan kepadanya, seperti menampar dan membanting.
Dia mengaku pernah mendorong SA di kasur hingga terjatuh. “Mungki waktu itu saya lelah baru pulang kerja. Anak saya belum mandi. Suruh cuci muka gak mau, suruh makan gak mau. Terus saya dorong. itu saja jatuhnya di kasur,” jelas dia.
Kendati demikian, Insan siap menjalani proses hukum jika kasus ini dilanjutkan ke pengadilan. “Pokoknya saya siap. Apapun risikonya akan saya ambil,” katanya.
Reporter: Fajar Eko Nugroho
Editor: Irsyam Faiz
Discussion about this post