BREBES – Semangat Tion Iswara Wirno, remaja 17 tahun asal Desa Grinting Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, dapat menjadi inspirasi. Pemuda berkebutuhan khusus (disabilitas penglihatan) itu mampu menunjukan prestasinya di bidang Teknologi Informasi (IT).
Di tengah keterbatasannya, Tion mampu menunjukkan jika dirinya juga bisa berprestasi hingga akhirnya ditunjuk menjadi satu dari empat penyandang disabilitas membawa nama Indonesia dalam kompetisi IT Asia Pasifik remaja disabilitas Global IT Challenge (GITC) di Busan, Korea Selatan.
“Saat ini Tion dan ketiga rekanya sedang berjuang dalam kompetisi IT remaja disabilitas Global IT di Korsel. Sebagai warga Desa Grinting, saya bangga dan mengapresiasi yang sudah diperjuangkan selama ini,” ucap tokoh masyarakat Desa Grinting Bulakamba, Brebes, Wamadiharjo Susanto, Selasa 26 November 2019.
Putra dari pasangan bapak ibu, Wirmo dan Sero memang dikenal sebagai bocah yang cerdas dan taat beribadah sejak usia Sekolah Dasar di kampungnya. Ia alumni SD Negeri 2 Grinting. Bakatnya mulai nampak saat itu. Rasa ingin tahu yang besar terhadap hal baru cukup tinggi.
“Tion adalah teman sekolah anak saya satu angkatan. Memang anaknya cekatan dan rasa ingin tahunya tinggi. Meskipun ada kekurangan fiaik, tapi Tion berbeda,” kata dia.
Selain Tion, tiga remaja disabilitas pejuang nama bangsa Indonesia di antaranya, Lazzari Charos Lumbantouran disabilitas fisik, Umran Zhafran Ibrahim disabilitas developmental, Syifa Arya Maharani disabilitas pendengaran.
“Disabilitas penglihatan yang dialami Tion karena sakit. Karena ada kelainan pada retina kedua matanya saat duduk dibangku SD. Dulu sudah diupayakan penyembuhan ke beberapa dokter ahli mata di RS, namun dokter memvonis sulit disembuhkan. Tapi semangatnya bersekolah sangat tinggi, rajin mengaji juga,” kata pria yang juga anggota DPRD Brebes itu.
Ia berharap, perjuangan hidup Tion menjadi penyemangat anak-anak yang lain untuk berprestasi. “Anak berkebutuhan khusus saja bisa berprestai, apalagi yang secara fisik sehat harus lebih beremangat,” ungkapnya.
Setelah lulus SD Negeri, Tion mendapat beasiswa gratis untuk melanjutkan ke tingkat SMP hingga SMA. “Bakat Tion semakin berkembang setelah melanjutkan ke tingkat SMP disabilitas,” ujarnya.
Tion bersama tiga rekannya, berangkat ke Korsel akan beradu di ajang kompetisi IT remaja disabilitas Global IT Challenge (GITC). Satu tim terdiri dari ragam disabiltas, dengan persyaratan dari pihak GITC.
Adapun syarat dan ketentuan dari Korsel, perserta dari 16 tahun sampai 22 tahun. Mampu berbahasa inggris dan juga IT. Sebelum mewakili Indonesia, Tion lolos seleksi di tingkat nasional.
Seperti diketahui, kompetisi GITC Global ini bertujuan untuk memberikan para peserta akses serta pengalaman dalam bidang teknologi dan komunikasi, serta meningkatkan kemampuan yang dapat mendorong partisipasi sosial mereka. Tahun 2019 ini, menjadi kompetisi ke enam Indonesia dan sudah dua kali berhasil meraih penghargaan di ajang GITC. (*)
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post