BUKANLAH hal yang mudah untuk mengemban RPA (Remaja Peduli Aids). Apalagi saat ini jumlah penderita HIV/AIDS terbilang meningkat dan mengancam usia remaja. Salah satu RPA di wilayah Kabupaten Tegal yang mengemban tugas mensosialisasikan tentang HIV/AIDS adalah RPA Kaladawa.
Pembina RPA Kalidawa, Rugaya yang juga sebagai konselor kepada panturapost.com menceritakan latar belakang terbentuknya RPA Kaladawa. “Banyak remaja beresiko HIV AIDS. Urbanisasi, pulang ke desa sudah menderita AIDS. Sementara tidak ada wadah untuk sosialisasi HIV AID buat remaja,” ujar bidan yang praktisi hypnotherapist itu.
Bersama Sopani, koordinator konselor juga PNS Puskesmas Kaladawa, Rugaya membangun komunitas remaja yang mempunyai kepedulian perkembangan penyakit HIV AIDS di Kaladawa. “Ada beberapa pogram yang kami galangkan untuk sosialisasi HIV AIDS,” kata Rugaya yang kini sedang melanjutkan kuliah sarjana terapan kebidanan.
Program tersebut, lanjut dia di antaranya program Tuma (satulima) dengan sasaran remaja umur 16 sampe 25 tahun. Dalam program tersebut, 1 anak remaja yang sudah dibekali materi HIV/AIDS mensosialisasikan pada 5 anak remaja lainnya.
“Program Tuma itu acara santai. Saat ada anak-anak remaja nongkrong, Tuma berbaur. Setelah mereka bergabung, RPA akan bercerita tentang HIV. Jadi tidak secara formal. Harapannya para remaja tertarik,” tutur dia.
Program lainnya, Pulas (sepuluh lima belas) dengan sasaran anak remaja umur 10 sampe 15 tahun. “Kalau ini kami mengunakan metode bermain peran,” tuturnya.
Materi yang disampaikan dalam Pulas yakni Kespro (Kesehatan reproduksi remaja) dengan alat bantu paket permainan (paket ular tangga dengan materi Kespro). “Materi Kespro di antaranya tentang pernikahan dini, bahaya hamil di luar nikah, bahaya pacaran, infeksi menular sexual dll,” kata dia.
RPA juga Sosialisasi HIV/Aids bagi remaja yang tergolong faktor resiko (remaja yang merantau baik kuliah atau bekerja luar kota). “Kami banyak menemukan kasus HIV dan bahkan sudah Aids pulang kampung. Ini sangat disayangkan. Dan ini jumlahnya tidak sedikit remaja yang melakukan seks bebas karena punya uang hasil kerja,” ungkapnya.
Dia yakin program tersebut mengena. Karena, fakta di lapangan, penderita HIV terbanyak sekarang remaja. “Jadi kalau sesama remaja, harapan kami mereka lebih mudah menerima informasi atau nasehat khususnya tentang HIV/AIDS.”
Dengan RPA, menurutnya, banyak remaja dan masyarakat memahami tentang HIV/Aids. Dan, ke depannya stop penularan HIV. “Pemerintah harus extra perhatian dan serius terhadap remaja. Hukum seberat-beratnya bagi ODHA (Orang dengan HIV Aids) yang terbukti dengan sengaja menularkan ke remaja. Kalau tugas RPA lebih ke pencegahan,” ujarnya. (*)
Reporter : Bentar
Editor : Muhammad Abduh
Discussion about this post