BREBES – Sejumlah guru di Brebes, Jawa tengah, mengaku keberatan dengan rencana penghapusan Ujian Nasional (UN) oleh Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy. Mereka menilai ujian nasional masih layak dilaksanakan sebagai tolok ukur evaluasi pembelajaran siswa. “Harapan kami ujian nasional tetap bisa dilaksanakan,” kata Ady Priyono, salah seorang guru di SMA Negeri 2 Brebes, Senin, 29 November 2016.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan berencana menghapus ujian nasional untuk SMP hingga SMA. Namun, penghapusan ini hanya untuk sekolah yang sudah memenuhi standar nasional. Menteri pendidikan menyatakan, pelaksanaan ujian nasional selama ini bertujuan untuk pemetaan sekolah secara nasional.
Saat ini sudah ada 30 persen sekolah yang levelnya di atas standar nasional. Penghapusan UN rencananya diterapkan pada sekolah yang sudah berstandar nasional tersebut. Menurut Ady, penghapusan UN yang hanya diterapkan untuk sekolah tertentu saja justru merupakan bentuk diskriminasi. “Kalau diterapkan hanya di 30 persen sekolah, nanti yang 70 persen bagaimana?,” ujar dia.
Dia mengungkapkan, sekolahnya kini sudah melakukan persiapan untuk menghadapi UN, seperti menambah jam pelajaran. Pihaknya juga menggelar Try Out untuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Menurutnya, setelah muncul wacana penghapusan UN, siswa siswi banyak yang mempertanyakan kejelasan nasib mereka. “Murid-murid pada tanya, nanti kalau tidak ada UN berarti tidak usah ada les (jam tambahan pelajaran) saja kalau begitu,” ungkap dia. “Ya saya jawab saja kita menunggu kepastian dari pemerintah pusat.”
Di sisi lain, lanjut dia, jika UN dihapus, perangkat komputer yang selama ini digunakan untuk UNBK, dikhawatirkan tidak lagi berfungsi. Dia mengatakan, saat ini sekolahnya memiliki empat kelas lengkap dengan perangkat komputer untuk UNBK. Dua ruangan berasal dari bantuan pemerintah pusat, sedangkan dua ruangan lainnya merupakan hasil swadaya. “Nanti perangkat computer itu nasibnya bagaimana. Meski paling banter nanti paling untuk pembelajaran siswa,” jelas Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum tersebut.
Winaryo, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Brebes, juga menyatakan hal senada. Menurut dia, ujian nasional saat ini masih perlu diterapkan di sekolah-sekolah. Kendati begitu, kata dia, jika pemerintah berkukuh menghapus UN, maka harus dilakukan di seluruh sekolah. “Kalau mau dihapus, dihapusakan semua. Nanti pelaksanaan evaluasi siswa diserahkan ke sekolah masing-masing. Seperti kurikulum saat saya sekolah dulu,” ujar dia.
Pihaknya saat ini masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah soal ujian nasional ini. Apapun keputusannya, kata dia, sekolahnya akan tetap melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. “Sekali lagi ini tergantung kebijakan pemerintah, nilai ujian nasional mau dipakai untuk apa. apakah untuk standar kelulusan, atau sekadar pemetaan output dari pendidikan kita saja,” kata dia.
Sementara itu, salah seorang siswi SMA N 2 Brebes, Rahma Maulida, 17 tahun, sepakat dengan penghapusan ujian nasional. Sebab, dengan begitu dia tidak hanya berfokus pada mata pelajaran yang diujikan pada UN. Menurut dia, tolok ukur kemampuan siswa tidak hanya pada mata pelajaran tertentu saja, tetapi bisa dilihat dari berbagai aspek. “Masih banyak mata pelajaran yang jauh lebih penting untuk dipelajari,” kata dia. (Rhn)
Discussion about this post