TEGAL – Sejumlah produsen kasur pegas tanpa merk di Desa Grobog Kulon, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, terpaksa berhenti produksi. Pasalnya, setelah viral video warga di Kertoharjo ikut Kelurahan Kuripan, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan melampiaskan emosinya merusak kasur yang sedang dijajakan sales keliling beberapa waktu lalu.
Peristiwa itu terjadi lantaran warga merasa ditipu oleh sales. Pasalnya setelah dibongkar, kasur pegas dibuat dari bahan seadanya yakni kardus, tali kain dan kayu pinus.
Salah satu produsen kasur pegas, Riyanto (40), warga RT 04 RW 05 Desa Grobog Kulon, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Rabu (6/1) mengatakan, jika sales kasur pegas yang menjadi sasaran emosi warga Pekalongan dan berurusan itu adalah salesnya. Mereka adalah Ahmad Sekhemi, Ahmad Yulianto dan Ramedon.
“Betul itu sales saya. Cuma itu sebenarnya salah sasaran. Karena warga bukan beli di seles saya, tapi seles lain,” katanya.
Selain itu, lanjut Riyanto, kasur yang di jual oleh seles dan videonya viral di medsos mengakui, kasur pegas yang dijual memang bukan buatan pabrikan. Kasus itu dirakit oleh sejumlah pekerja di depan rumahnya. Rangkanya menggunakan kayu pinus. Sedangkan karet penyangga menggunakan tali kain perca dan dilapisi kardus bekas serta empat buat kawat berbentuk per. Untuk mempercantik tampilan, kasur dibungkus plastik transparan.
“Kalau harga dari saya itu Rp 140.000 per unit. Namun rupanya sales mau menjual berapa terserah mereka,” ungkapnya.
Terkait peristiwa yang terjadi di Paklongan, Riyanto mengaku tidak tahu, jika saat menjajakan ke kampung-kampung, salesnya kerap menawarkan dengan harga tinggi yakni berkisar Rp 1.200.00 per unit. Bahkan, untuk memikat calon pembeli, sales sering mengatakan bahwa kasur yang dijual berasal dari cuci gudang produsen besar.
“Saya taunya sales tidak menjual dengan harga tinggi. Karena sales bayar ke saya sesuai harga yakni Rp 140.000 per kasur,” tegasnya.
Terkait usaha pembuatan spingbed, Riyanto mengaku sudah menggeluti selama dua tahun. Dalam sebulan rata-rata penjualannya mencapai 100 kasur.
“Kalau itungan sebulan ya rata rata 100 kasur terjual. Jadi jualnya enggak mesti sehari laku berapa. Ya rata-rata sebulan 100 kasur. Sekitar segitu,” ujarnya.
Atas kejadian yang menimpa tiga salesnya di Pekalongan, Riyanto diminta membuat surat pernyataan tidak lagi menjual kasus pegas tanpa merk di wilayah Pekalongan. Surat Pernyataan tersebut dibuat di Polsek Pekalongan Selatan disaksikan warga dan Polisi.
“Saat ini saya berhenti produksi dulu. Saya masih trauma dengan kejadian yang dialami sales saya kemarin di Pekalongan,” tambahnya.
Camat Pangkah Bambang Sihana beserta Kapolsek Pangkah AKP Awan Agus menyambangi sejumlah produsen kasur pegas tanpa merk di Desa Grobog Kulon, Rabu siang, 6 Januari 2021. Bambang mengatakan, pihaknya bersama Muspika akan segera mengumpulkan para produsen kasur.
“Nanti kami kumpulkan, kami beri pembinaan. Ya nanti kami beri pengertian kalau menjual dengan harga wajar dan jangan sampai merugikan konsumen,” tuturnya. (*)
Editor: Irsyam Faiz
Discussion about this post