TEGAL – Berbicara tentang Tegal, rasanya agak kurang jika kita tidak membahas warung makan khas dari daerah yang masyarakatnya dikenal karena logat ngapaknya ini. Yaitu warteg atau Warung Tegal.
Warung makan sederhana ini telah menjadi identitas atau kearifan lokal bagi masyarakat Kota/Kabupaten Tegal. Keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari Tegal, kurang lebih istilahnya seperti ini: ‘warteg ya Tegal, Tegal ya warteg’.
Selain itu, warteg sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Di mana pun tempat, di seluruh sudut kota di Indonesia terutama di Jawa, seperti di Jakarta dan Jogja, pasti ada warteg. Hal ini yang kemudian menjadikan warteg dan Tegal terkenal ke seantero Nusantara bahkan dunia.
Meski tampak sederhana, warteg menyimpan banyak hal menarik dan unik yang membuatnya begitu populer di kalangan masyarakat lokal, nasional, dan bahkan internasional. Salah satunya adalah karena bangunannya yang unik dan menarik perhatian calon pelanggan, yaitu berbentuk persegi dan pada dinding luarnya biasanya dicat warna cerah.
Murah Meriah, dan Wareg
Namun tidak hanya itu saja, warung makan yang sajian lauknya sangat beragam ini juga terkenal karena porsi yang ditawarkan melimpah dan harganya murah. Nah, harganya inilah yang membuat siapa pun bisa berhemat dan mengatur keuangan.
Selain itu, berkat harganya yang murah dan terjangkau atau ramah di kantong ini, warteg menjadi daya tarik utama bagi pelanggan. Pasalnya, dengan harga minimal, pelanggan warteg bisa wareg (kenyang) maksimal.
Selain harganya yang murah, daya tarik lain yang ditawarkan dari warteg adalah variasi menu yang lengkap dan banyak. Sehingga warteg sering menjadi andalan bagi seluruh masyarakat dari berbagai lapisan sosial. Mulai dari pekerja kantoran, buruh pabrik, hingga mahasiswa perantauan.
Warteg sudah ada sejak tahun 1960-an
Banyak versi tentang bagaimana awal mula kemunculan dan perkembangan warteg di Tegal sampai menjamur di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Salah satunya seperti dikutip dari Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung. Dalam jurnal ini terdapat keterangan dari Koperasi Warung Tegal atau Kowarteg yang menyebut jika warteg sudah bertebaran di sudut-sudut kota Tegal berupa warung-warung tenda seperti angkringan, dan banyak ditemukan di pinggir jalan.
Lalu, pada tahun 1960-an, yang mana pada saat itu perkembangan infrastruktur di ibu kota Jakarta meningkat pesat, banyak orang Tegal merantau ke sana untuk mencari pekerjaan sebagai kuli bangunan.
Di ibu kota Jakarta ini, istri-istri orang Tegal yang bekerja jadi kuli bangunan membuka usaha warung makan yang dibanderol dengan harga murah, tapi porsinya melimpah. Hal tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal dari warteg yang terus menjamur hingga kini.
Ada juga yang mengatakan bahwa kehadiran Warteg di Jakarta dimulai sejak tahun 1970-an. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan Bogor, Agnes Setyowati dalam tulisannya Kuliner Warung Tegal, Bisnis Lokal yang Tak Lekang oleh Waktu menyebut kehadiran warteg di ibu kota dimulai sejak tahun 1970-an.
Kehadiran warteg tersebut diinisiasi oleh anggota komunitas yang berasal dari daerah Sidapurna dan Sidakaton, Tegal. Lalu, seiring perkembangan zaman, warteg kemudian berkembang menjadi bisnis kuliner lokal yang tersebar baik di dalam hingga di luar pulau Jawa.
Warteg Telah Mendunia dan layak Jadi Warisan Budaya?
Ternyata, warteg tidak hanya populer di dalam negeri saja. Belakangan, warteg sudah mulai merambah hingga ke luar negeri seperti di Malaysia, Korea Selatan, Amerika Serikat, hingga beberapa negara di Eropa.
Bisnis warteg bahkan laris manis saat diboyong ke luar negeri, dan banyak orang asing yang menyukainya. Tidak hanya itu, persepsi masyarakat yang menganggap bahwa warteg identik dengan kaum menengah ke bawah sepertinya harus dihapus.
Pasalnya, sudah banyak tokoh publik yang gemar menyambangi dan datang untuk makan di warteg, mulai dari artis, pejabat, hingga kepala negara.
Saat ini warteg telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat lokal Tegal, nasional, dan bahkan masyarakat internasional. Warteg sudah menjadi bagian dari identitas daerah dan bagian budaya Indonesia.
Melihat sejarah dan kekuatan kulinernya, warteg pun dianggap layak dipertimbangkan untuk didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia. (*)
Discussion about this post