TEGAL tidak pernah kering dalam dunia Sastra Tegalan. Sejak kesusantraan Tegalan dilahirkan pada tahun 1994 dengan munculnya puisi terjemahan “Tembangan Banyak” dari puisi WS. Rendra berjudul “Nyanyian Angsa”, geliat Sastra Tegalan terus bergerak hingga kebih dari seratus buku Sastra Tegalan sampai kemudian Kongres Sastra Tegalan pun digelar di Auditorium Universitas Pancasakti Tegal pada tahun 2019. Tidak hayal lagi Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT) telah menerbitkan Sastra Tegalan 3 buku dari pusi, kumpulan cerpen, dan aliran baru Wangsi –Wangsalan Puisi, Sedangkan Dewan Kesenian Kota Tegal menerbitkan buku puisi aliran baru beryajuk “Tegalerin Puisi 2:4:2:4. Sementara itu setiap tahun Komunitas Sastrawan Tegalan menggelar “Hari Sastrawan Tegalan” yang jatuh pada tanggal 26 November.
Kini pada Rabu, 6 Juli 2022 bertempat Auditorium Universitas Pancasakti Tegal, Universitas Pancasakti (UPS) Tegal setelah sukses menggelar Kongres Sastra Tegalan, menggelar acara lebih membana dengan agenda “Wisuda Sastrawan Tegalan” yang diperuntukan bagi penggiat Sastra Tegalan dari mulai mahasiswa, guru, dosen, seniman, dan masyarakat yang peduli pada Sastra Tegalan.
Hadir pada acara “Wisuda Sastrawan Tegalan”, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono, Bupati Pemalang Mukti Agung Wibowo, Bupati dan Wakil Bupati Tegal atau yang mewakili, dan serta Bupati Brebes Idza Priyanti, atau yang mewakili. Para pendidik dari empat wilayah, juga seniman, guru, dosen, dan para pejabat.
Wali Kota Tegal Dedi Yon Supriyono dalam sambutannya, menekankan gerakan Sastra Tegalan jangan sampai tenggelam di tengah arus deras globalisasi. Sastra Tegalan harus terus menggema dan dikenal dalam dunia kesusastraan Indonesia.
“Saya sangat mengapresiasi dengan adanya acara ini. Sastra Tegalan harus terus menggema. Jangan sampai tenggelam,” katanya pada acara itu.
Walikota juga menyampaikan ucapan selamat kepada wisudawan dan wisudawati Sastrawan Tegalan. Dedy cukup mengapresiasi panitia penyelenggara yang menurutnya perlu melestarikan Sastra Tegalan.
“Nang waktu sing apik kiye enyong ngucapna matur kesuwun uga apresiasi maring panitia wisuda Sastragalan, kayonge kejadian kiye kelebu unik. Ndean mung ana nang Tegal tok, ana sastrawan diwisuda nang kampus. Kaya mahasiswa sing wis lulus studi,” ujarnya dalam sambutan yang menggunakan bahasa Tegalan.
Ditambahkan, ia mengaku kehadiran dalam acara itu merupakan bentuk apresiasi kepada panitia dan mereka yang diwisuda. Ia yakin bahwa penyelenggara dan UPS merupakan figur-figur yang memiliki dedikasi terhadap Sastra Tegalan, mereka pejuang yang peduli majunya Sastrawan Tegalan.
Baik Walikota maupun Rektor UPS Taufiqulah mencontohkan sosok Maufur, Lanang Setiawan, Atmo Tan Sidik merupakan figur yang getol memperjuangkan kemajuan bahasa dan Sastra Tegalan. Mereka tidak bosan-bosan menghidupkan local jenius untuk terus digemakan hingga sekarang. Hal tersebut menurut mereka merupakan sebuah pengabdian kepada masyarakat.

Sementara itu, Atmo Tan Sidik salah satu penggagas acara tersebut menyampaikan bahwa, acara ini merupakan acara wisuda yang pertama kali dilaksanakan, dan mereka adalah para penggiat Satra Tegalan.
Menurutnya, untuk menjaga kreativitas mereka, acara yang sama akan dilakukan pada tahun-tahun kedepan. Minimal para sastrawan yang saat ini telah diwisuda, minimal harus menghasilkan 10 karya Sastra Tegalan baik puisi, Wangsi-Wangsalan Puisi, Puisi Tegalerin 2:4:2:4 atau puisi pendek KUR267 menggunakan bahasa Tegalan.
“Minimal sepuluh karya Sastra Tegalan, baik puisi, Wangsi-Wangsalan Puisi, Puisi Tegalerin 2:4:2:4 atau puisi pendik KUR267,” katanya.
Acara diakhiri dengan hiburan lagu-lagu Tegalan dan baca puisi oleh para penyair dan seniman. (*)
———-
Lanang Setiawan, Novelis dan penerima Hadiah Sastra “Rancagé” 2011.
Discussion about this post